REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menanggapi julukan yang disematkan oleh media asing kepada Indonesia, yaitu episentrum pandemi Covid-19 baru. Kasus harian Indonesia memang tercatat sempat mengungguli India dan Brasil yang sebelumnya disebut-sebut sebagai episentrum pandemi. Bahkan India sempat mencatatkan penambahan kasus positif harian nyaris 400.000 kasus dalam sehari.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, pemerintah telah mengambil sejumlah kebijakan untuk menekan angka penularan. Salah satunya adalah penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang sudah berlangsung sejak 3 Juli 2021 lalu.
Kebijakan PPKM darurat ini diklaim Wiku telah memberikan perbaikan terhadap pengendalian Covid-19, berupa penurunan angka kasus harian. Hanya saja, ia mengakui bahwa capaian ini belum cukup.
"Saat ini penerapan PPKM darurat secara bertahap sudah menunjukkan hasilnya, dan salah satunya adalah penurunan mobilitas dan penurunan jumlah kasus harian," ujar Wiku dalam keterangan pers, Selasa (20/7).
Wiku menekankan bahwa dibutuhkan kerja yang lebih keras untuk memastikan penularan Covid-19 telah terkendali. "Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat akan berupaya keras agar secepatnya lonjakan kasus di Indonesia dapat segera melandai dan terkendali," kata Wiku.
Wiku pun meminta masyarakat tetap tenang dan tidak panik menanggapi pemberitaan media massa di luar negeri. Ia mengimbau masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan dan mengurangi aktivitas berisiko seperti bepergian yang tidak mendesak.
"Maka peluang penularan akan semakin rendah," katanya.
Seperti diketahui, tren penambahan kasus Covid-19 harian menunjukkan penurunan. Setelah mencatatkan rekor tertingginya, 56.757 kasus positif pada 15 Juli 2021, kini angkanya mulai turun. Sudah tiga hari terakhir, angka kasus harian di bawah 50.000 per hari. Bahkan pada Selasa (20/7) ini dilaporkan 'hanya' 38.325 kasus baru.
Tapi yang perlu jadi perhatian, penurunan tren kasus ini dibarengi dengan kapasitas testing yang ikut jeblok. Dalam tiga hari terakhir, jumlah spesimen yang diperiksa setiap harinya tak pernah tembus 200.000 spesimen per hari. Jumlah orang yang dites juga tak pernah melebihi 150.000 orang per hari. Bahkan pada Selasa (20/7) ini tercatat hanya 114.674 orang yang dites.
Angka-angka tersebut jauh di bawah kapasitas testing sepanjang pekan lalu bisa tembus 250.000 spesimen per hari atau lebih dari 175.000 orang dites setiap harinya.