REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr. Budi Wiweko, menjawab pertanyaan yang berkembang di masyarakat terkait Covid-19. Salah satunya mengenai apakah penderita Covid-19 dapat sembuh dengan sendirinya atau tidak.
Prof Budi mengatakan, tidak ada rumus pasti mengenai apakah penderita infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya. Kesembuhan bergantung pada sejumlah faktor.
"Apakah infeksi virus bisa sembuh sendiri ? Jawabannya tidak selalu. Yang pertama bergantung dari derajat infeksi. Di samping itu 'jenis dan jumlah virus yang menginfeksi serta tingkat ketangguhan sel imun' akan menentukan respons orang terhadap infeksi virus," kata Prof Budi dalam keterangan pers, Selasa (20/7).
Prof Budi mencontohkan, infeksi virus HIV misalnya, merupakan infeksi virus yang sangat berbahaya. Sebab virus HIV akan merusak sel imun tubuh manusia sehingga pertahanan tubuh menjadi lumpuh total.
"Bisa dibayangkan seorang penderita AIDS bisa wafat hanya karena terinfeksi tuberkulosis. Hal ini karena pasien AIDS telah kehilangan 100 persen daya tahan tubuhnya," ujarnya.
Lalu infeksi virus lain yang bisa dilhat, lanjut Prof Budi misalnya infeksi virus HPV atau human papilloma virus sebagai penyebab kanker mulut rahim. Virus HPV ini akan mengelabui sel imun yang ada di mulut rahim perempuan.
"Dengan 'menggunakan KTP palsu,' virus HPV akan terus merusak mulut rahim seorang perempuan sehingga bisa menjadi kanker tanpa sel imun tubuh perempuan tersebut menyadarinya," kata Prof Budi.
Selain itu, Prof Budi menerangkan kondisi yang terjadi bila seseorang terinfeksi Covid-19. Prinsipnya sel imun orang yang terinfeksi akan segera bereaksi dan memanggil pasukannya untuk membunuh virus tersebut. Sebagian besar akan sukses dan berhasil sehingga tidak bergejala atau hanya bergejala ringan saja.
"Sebagian kecil tidak berhasil karena virus Sarscov-2 berhasil 'mengecoh sel imun' orang yang terinfeksi sehingga jatuh dalam kondisi berat," ucap Prof Budi.
Prof Budi menyampaikan pada kondisi berat, virus terus merusak sel yang diserangnya. Terutama adalah sel paru-paru sehingga mengakibatkan orang kehabisan oksigen. Respons sel perantara yang berlebihan (padahal bertujuan memanggil bala bantuan) ternyata tidak sepenuhnya berhasil. Reaksi ini disebut sebagai 'badai sitokin' yang justru bisa merusak semua organ tubuh manusia.
"Oleh karena itu upaya kita dalam menghadapi pasien yang terinfeksi Covid adalah berupaya mencegah agar penyakit tidak jatuh dalam kondisi berat. Berbagai suplemen vitamin, mikro nutrien, dan zinc diberikan untuk bisa mengaktifkan sel imun kita agar jangan dibohongin oleh SARS-CoV-2. Pada kasus derajat sedang, pemberian anti virus dilakukan untuk mencegah supaya virus ini tidak terus membelah dan memperbanyak dirinya di dalam tubuh," jelas Prof Budi.