Kamis 15 Jul 2021 20:33 WIB

Solo Masih Krisis Oksigen untuk Penanganan Pasien Covid

Kota Solo masih mengalami krisis oksigen untuk penanganan pasien Covid-19.

Oksigen (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Oksigen (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kota Solo hingga saat ini masih mengalami krisis oksigen untuk penanganan pasien Covid-19, menyusul terkendalanya pasokan dari pihak produsen. Dinas Kesehatan Kota Solo berupaya memenuhi kebutuhan oksigen, dengan langsung mengambil ke produsen.

"Hampir tiap malam saya masih terus menerima laporan dari rumah sakit-rumah sakit, ada yang stoknya tinggal untuk dua jam dan sebagainya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih di Solo, Kamis (15/7).

Baca Juga

Terkait hal tersebut, pihaknya sudah berupaya melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak untuk memastikan kelancaran pengangkutan oksigen tersebut. "Saya memang sudah berkoordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Polres, Dinas Perhubungan untuk angkutannya. Kami tidak diam di rumah sakit dan menunggu diantar, tetapi kami ambil ke Kendal, ke Semarang," katanya.

Ia mengatakan gerak cepat tersebut dilakukan untuk memastikan keselamatan pasien. "Ini kan berpacu dengan nyawa," ucapnya.

Sementara itu, terkait dengan rencana pendirian depo oksigen untuk penanganan pasien Covid-19 di Solo, Ketua Pelaksana Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Surakarta Ahyani mengatakan sejauh ini tidak menjadi masalah. "Bisa saja di GOR Manahan, bagian 'indoor' bisa dimanfaatkan, STP (Solo Technopark) juga bisa, atau milih rumah sakit yang halamannya besar. Jadi dengan begitu yang butuh tinggal ambil, tetapi kan masalahnya pasokan tidak ada," katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka berupaya memastikan stok oksigen untuk penanganan pasien Covid-19 di Solo dalam kondisi aman. Ia mencatat untuk kebutuhan oksigen di Kota Solo sendiri setiap harinya mencapai 59 ton. 

Mengingat tingginya kebutuhan tersebut, ia memastikan Solo agar jangan sampai kehabisan stok oksigen. "Itu selalu habis (59 ton/hari), namun kami amankan terus. Setiap hari dipantau terus sama pusat, sama Pak Luhut (Koordinator PPKM darurat), sama Kemenkes juga," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement