Rabu 07 Jul 2021 09:05 WIB

BKKBN: Makin Banyak Anak Alami Mental Emotional Disorder

BKKBN sebut tantangan kini tak hanya stunting tetapi juga mental emotional disorder.

Kepala BKKBN, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K). Hasto menyebut tantangan tidak hanya pada stunting sebetulnya untuk kualitas SDM, tetapi juga data menunjukkan bahwa mental emotional disorder itu juga meningkat dari tahun ke tahun
Foto: BKKBN
Kepala BKKBN, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K). Hasto menyebut tantangan tidak hanya pada stunting sebetulnya untuk kualitas SDM, tetapi juga data menunjukkan bahwa mental emotional disorder itu juga meningkat dari tahun ke tahun

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyebut pihaknya berkomitmen menciptakan generasi bebas stunting di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Hasto saat memberikan sambutan pada kegiatan 100 profesor bicara stunting yang digelar secara virtual di Gorontalo, Selasa (6/7).

"Tantangan tidak hanya pada stunting sebetulnya untuk kualitas SDM, tetapi juga data menunjukkan mental emotional disorder itu juga meningkat dari tahun ke tahun," ujarnya.

Bahkan peningkatannya kata Hasto cukup signifikan, di mana penelitian kesehatan dasar lima tahun sebelumnya angkanya 6,1 di antara remaja mengalami mental emotional disorder.

"Yang sekarang ini mencapai 9,8, sehingga stunting yang 27,6 ditambah beban mental emotional disorder ada difabel, ada autisme, ada napza," ungkapnya.

Menurutnya, hal itu sangat memengaruhi kualitas SDM dalam rangka rakyat Indonesia emas. Untuk itulah pentingnya para profesor dan para senior bisa mendapat masukan dari para ahli untuk masalah-masalah yang multi sektor.

"Oleh karenanya, Bapak Presiden Jokowi wanti-wanti pesan betul, supaya generasi muda itu betul-betul diajak untuk menjadi generasi yang unggul dalam menciptakan Indonesia emas ditahun 2045," bebernya.

Hasto mengingatkan, bonus demografi tidak akan berjalan lama, sehingga 2035 diperkirakan sudah menutup celahnya."Kalau kita tidak memanfaatkan untuk kesejahteraan maka sulit mendapatkan bonus kesejahteraan dari bonus demografi, jangan sampai kita kemudian growing old before growing rich ini saya kira sangat menyedihkan karena bangsa kita melalui celah bonus demografi tidak lama," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement