Senin 05 Jul 2021 11:31 WIB

Harmoko: Dari Kartunis, Wayang, Hingga Melengserkan Suharto

Kisah hide Harmoko itu sangatlah berwarna. Semoga dia lapang di sisi-Nya

Harmoko dan Suharto.
Foto: Google,com
Harmoko dan Suharto.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Siapa tak kenal Harmoko kala Orde Baru dipuncak kejayaannya. Wajahnya wira-wiri nongol di layar televisi. Suara khas renyah. Dia selalu bicara setiap kali usai sidang kabinet. Pilihan bahasanya sederhana. Sangat merakyat.

Yang kerapkali diomongkan kala jumpa pers itu hal-hal yang mungkin pada masa sekarang dianggap remeh-temeh. Harmoko dengan lugas bicara soal harga-harga sembako dan sayuran. Harga kol bulet, wortel tanpa daun, cabai merah keriting, bawang merah-bawang putih, garam, dan komoditas sehari-harinya lainnya disebutkan dengan fasih. Tak lupa dia mengawali semua itu dengan frase legendaris: Menurut petunjuk bapak Presiden!

Kala itu juga banyak sekali mentertawakannya. Mereka yang anti rezim Orde Baru menyebut Harmoko yang merupakan menteri penerarangan dengan 'pleseten' akronim namanya: Hari-hari omong kosong. Tapi Harmoko dengan tangkas membalasnya bila dengan mengatakan: hari-hari omong koperasi, hari-hari omong sembako. Harus diakui mantan pelukis Senen dan kartunis harian Pos Kota dengan inisial 'Mok' ini memang  tangkas bicara. 

Masa kecilnya di kota Kertosono, Jawa Timur, selalu membekas dalam kenangnya. Dia kerap menceritakan bila kala itu dia sudah tergila-gila nonton wayang. Kemanapun ada pertunjukan dia mengubernya. Dan di masa itu dia mengaku pula kerap pergi ke pesantren yang ada di dekat rumahnya di Kampung Patihan Rowo. Dia lakoni semua itu meski kerap harus dengan menyebrang sungai Berantas dengan cara 'ngeli' atau berenang. Harmoko mengaku sangat menikmatinya sembari kerap bercerita soal ingatannya pada gema 'sholawatan dan puji-pujian' yang berasal dari pesantren dan masjid yang ada di kampungnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement