Sabtu 26 Jun 2021 21:02 WIB

Di Tengah Pandemi Covid, 'Jenderal Buah Lengkeng' Ini Sukses

Pengunjung yang datang tidak hanya memetik buah dari pohon, tapi sembari berwisata.

Serda Mugianto dan kebun buah lengkennya.
Foto:

Motivator

Keberhasilan demi keberhasilan terus diraih. Puncaknya, pada 2019 sang jenderal buah lengkeng ini mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Kopral Kepala (Kopka) naik menjadi Serda atas dedikasi-nya yang begitu luar biasa dan memotivasi banyak orang. Kenaikan pangkat luar biasa diberikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa.

"Keberhasilan yang terus diraih prajurit Mugiyanto ini patut ditiru oleh yang lainnya. Bahwa meski menyandang disabilitas, tapi dia mampu berkarya," kata Andika.

Kini, berbekal kaki palsu sebelah kanan, kegigihan dan semangat seorang prajurit TNI, Serda Mugiyanto tidak hanya menjadi motivator bagi petani di Tanah Air tetapi juga motivator untuk prajurit TNI yang juga penyandang disabilitas atau bernasib sama dengan dirinya.

Bahkan, tak jarang dia diundang langsung oleh Kementerian Pertahanan untuk memberikan arahan atau berbagi ilmu kepada prajurit-prajurit TNI penyandang disabilitas. Pada intinya, Serda Mugiyanto selalu menekankan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berkarya dan berprestasi.

Di balik usaha keras yang diperjuangkannya selama bertahun-tahun, Serda Mugiyanto selalu bermimpi seharusnya Indonesia yang memiliki sumber daya alam berkecukupan, tanah yang subur dan kondisi alam yang mendukung bisa swasembada atau memenuhi kebutuhan buah lokal tanpa harus bergantung kepada negara lain.

Selama ini banyak lahan tidur yang tidak digarap secara optimal oleh masyarakat. Padahal, jika tanah tersebut dikelola dengan baik maka segala kebutuhan pangan termasuk buah-buahan bisa tercukupi tanpa harus bergantung kepada pihak lain.

Namun, sayangnya, dia melihat tekad dan kemauan dari masyarakat untuk berani betul-betul terjun sebagai petani dari hati, belum sepenuhnya terwujud. Hal itu bisa jadi dikarenakan stigma-stigma keliru yang selama ini berkembang.

Misalnya, menganggap pekerjaan petani atau menjadi petani adalah pekerjaan rendah, bertani itu kotor, pendapatan tidak seberapa hingga tidak bisa menggunakan teknologi dalam bercocok tanam. Padahal anggapan itu keliru. 

Serda Mugiyanto membantah secara tegas jika ada yang berpandangan pekerjaan petani itu rendah, kotor, penghasilan pas-pasan dan lain sebagainya. Sebagai contoh, dari lahan miliknya seluas satu hektare dengan isi 250 batang buah lengkeng usia enam tahun, rata-rata bisa menghasilkan 75 kilogram buah lengkeng per batangnya dalam satu tahun.

Jika dihitung kasar saja 200 batang buah lengkeng dikalikan 75 kilogram maka hasilnya sudah 15 ton. Per kilogram petani lengkeng bisa menjual hingga Rp 50 ribu. Jika ditotal, maka satu kali panen bisa meraup omzet hingga Rp 750 juta. Dengan hasil fantastis tersebut, Serda Mugiyanto menampik keras bahwa pekerjaan petani tersebut rendah, kotor atau penghasilannya tidak seberapa.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement