Rabu 23 Jun 2021 20:51 WIB

BKKBN Sayangkan BLT Digunakan untuk Beli Rokok

BLT seharusnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pokok dan kebutuhan anak.

Pemberian BLT (ilustrasi).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Pemberian BLT (ilustrasi).

REPUBLIKA JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, menyayangkan adanya keluarga penerima bantuan langsung tunai (BLT) yang membelanjakan sebagian besar uangnya untuk membeli rokok. BLT seyogianya digunakan untuk akses pangan bernutrisi untuk mencegah stunting anak-anaknya.

"Betapa sedih, kami kasih BLT di bawah Rp 1 juta, tapi merokoknya Rp 600 ribu sebulan. Karena kalau kami survei, pengeluaran keluarga pertama itu untuk padi-padian, kedua untuk tembakau," kata Hasto saat membuka webinar rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional ke-28 di Jakarta, Rabu (23/6).

Menurut dia, jika keluarga mau melakukan refocusing belanja kebutuhan pokok dan diarahkan juga untuk mencukupi kebutuhan masa depan anak-anaknya, maka akan sangat membantu mengatasi persoalan stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Hal tersebut mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya, terganggu perkembangan otaknya yang sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

Hasto mengatakan ada faktor-faktor sensitif yang dapat mempengaruhi anak terkena stunting. Kondisi lingkungan, kemiskinan, ketersediaan air bersih, dan juga masalah akses pangan menjadi beberapa faktor tersebut. 

Namun, Hasto mengatakan, ada juga orang merasa miskin kemudian beralasan tidak bisa mengakses makanan."Tapi kalau dicek pengeluaran keluarganya banyak belanja yang tidak penting. Di desa kalau dicek ada kredit motor, kulkas, macam-macam. Itu belenggu ekonomi rakyat," ujarnya.

Dia menyebut, hasil survei yang pernah dilakukan saat dirinya menjabat sebagai Bupati Kulon Progo, di mana masyarakat di sana diketahui membelanjakan Rp1,2 miliar untuk rokok dan Rp 800 juta untuk pulsa dalam setahun. Untuk itu, dia melakukan refocusing belanja masyarakat ketika itu.

Hasto mengatakan, hal yang diperlukan adalah mengubah pola pikir masyarakat, dan itu sebenarnya tidak membutuhkan uang banyak. Cukup dengan mendorong kesadaran tinggi mereka saja. Hal itu termasuk dalam hal menjaga lingkungan yang juga menjadi faktor sensitif menjaga kesehatan masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement