REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dadang Kurnia
Lonjakan kasus Covid-19 di Cilacap, Kudus, Lamongan, Ponorogo, dan Bangkalan harus membuat semua pihak lebih waspada dan mawas diri. Hal itu diungkapkan penanggung jawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya, I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara yang menyinggung indikasi gelombang kedua infeksi (second wafe) Covid-19.
"Malah ada indikasi menuju second wafe. Kami minta peran masyarakat, berbagai kelompok, pemuka agama, tokoh masyarakat, dan potensi yang ada di berbagai kalangan untuk turut serta membantu memberikan informasi dan edukasi bagi masyarakat dalam memahami dan menanggulangi Covid-19," ujar Nalendra di Surabaya, Jumat (11/6).
Nalendra mengingatkan, pandemi Covid-19 di Indonesia sama sekali belum berakhir. Maka dari itu, lanjut Nalendra, semua pemangku kepentingan harus bahu membahu, termasuk mengedukasi masyarakat untuk tetap disiplin terhadap protokol kesehatan (prokes).
"Kemungkian munculnya Covid-19 dengan daya tular tinggi, daya serang cepat, serta mengarah pada tingkat kematian, maka semua pihak harus lebih berhati-hati serta sigap dan tanggap pada kondisi yang ada," kata Nalendra.
Nalendra mengungkapkan, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSLI Surabaya terus mengalami kenaikkan seiring terjadinya lonjakan kasus di Bangkalan, Madura. Nalendra mengungkapkan, saat ini pihaknya merawat 226 pasien Covid-19. Terdiri dari 81 pekerja migran yang baru kembali, 78 pasien asal Bangkalan, klaster pondok 14 orang, dan pasien umum 53 orang.
"Mulai 6 Juni 2021, RSLI sudah menerima pasien hasil penyekatan di Jembatan Suramadu maupun kiriman dari Bangkalan yang kami masukkan dalam satu klaster Madura," ujar Nalendra, Kamis (10/6).
Secara keseluruhan, RSLI Surabaya telah merawat 82 pasien Covid-19 yang masuk Klaster Madura. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 10 orang yang CT Value-nya antara 25-35. Sedang yang CT Value-nya di bawah 25 sebanyak 65 orang, dan akan dikirim ke ITD Unair serta Balitbangkes untuk konfirmasi lebih lanjut, dugaan varian baru Covid-19.
"Jadi dari yang 82 itu yang sedang dirawat di RSLI 78 orang dan 4 orang dirujuk ke faskes lainnya," ujar Nalendra.
Nalendra mengungkapkan, hingga saat ini pun masih ada pasien Covid-19 Klaster Madura yang masuk daftar tunggu untuk segera masuk ke RSLI Surabaya. Nalendra meyakini, jumlah pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di RSLI Surabaya akan terus bertambah.
Namun, kata dia, sejauh ini rumah sakit berkapasitas 400 tempat tidur itu masih bisa menampungnya.
"Daya tampung RSLI 400 bed, sekarang terisi 226 pasien. Masih ada space 174 orang," kata Nalendra.
Nalendra melanjutkan, hingga saat ini memang belum ditemukan kembali pasien yang terjangkit Covid-19 varian baru. Namun, lanjut Nalendra, merujuk pada kondisi pasien yang CT value-nya rata-rata rendah, jumlah yang terkonfirmasi positif cukup banyak karena daya tular yang tinggi, serta cepatnya kondisi memburuk pada mereka yang terkena Covid-19, bahkan hingga tingkat kematian, maka patut diduga adanya kemungkinan varian baru Covid-19 ada di masyarakat.
In Picture: Jumlah Pasien Covid-19 di Indonesia Naik
Kondisi di Bangkalan
Melonjaknya kasus Covid-19 di Bangkalan, Madura juga berdampak pada angka keterisian (BOR) RSUD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu). Direktur RSUD Bangkalan Nunuk Kristiani mengatakan, saat ini ada 105 pasien dirawati di RS tersebut.
"Kondisi saat ini, dari 150 tempat tidur, yang terisi 105 pasien. Jadi sekitar 70 persen sudah diisi," katanya dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (10/6).
Padahal, dia melanjutkan, pihaknya mencatat dulu hanya merawat dua pasien Covid-19. Kemudian setelah lebaran bertambah jadi beberapa kali lipat.
Puncaknya, dia melanjutkan, pada Jumat (4/6) dan Sabtu (5/6) pekan lalu terjadi lonjakan pasien. Ia menyebutkan sebanyak 90 tempat tidur yang disiapkan penuh dengan pasien Covid-19 dan kasur akhirnya ditambah.
Nunuk menambahkan, lonjakan kasus Covid-19 di RS-nya terjadi dua pekan setelah lebaran. Ia mengakui, fenomena yang terjadi di Bangkalan sama seperti di Kudus. Namun, ia menyebutkan rata-rata pasien yang datang berobat ke RS yang dibawahinya cukup buruk kondisinya.
"Misalnya ada yang sesak berat. Sedikit sekali yang kasusnya ringan," katanya.
Pasien yang datang ke rumah sakit dengan kondisi buruk membuat pihaknya rata-rata agak terlambat menangani pasien. "Sampai ada beberapa pasien yang meninggal dunia namun belum bisa dievakuasi," ujarnya.
Pihaknya juga sempat panik karena ruang instalasi gawat darurat (IGD) jadi penuh. Ini membuat pihaknya terpaksa sementara menutup IGD. Bahkan, dia melanjutkan, ruang rawat inap dan isolasi penuh.
Penularan Covid-19 masih terjadi di Tanah Air, bahkan ditemukan varian baru virus tersebut. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 65 kasus mutasi Covid-19 ada di Indonesia hingga Kamis (10/6).
Berbicara dalam diskusi yang sama, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyebutkan, ada 17 laboratorium di seluruh wilayah Indonesia yang mampu melakukan pemeriksaan genome sequencing untuk mendeteksi varian-varian baru. Sejauh ini, kata Dante, sudah ditemukan 65 kasus Covid-19 yang berasal dari mutasi virus corona.
Dante tidak menyebutkan secara detail di mana saja terjadinya 65 kasus tersebut. Adanya mutasi ini, diakuinya membuat penularan terjadi secara masif, penularan secara cepat. Menurutnya ini merupakan tolok ukur bahwa ada varian baru dari varian yang biasanya ditemukan di tempat sebelumnya. Jadi, varian tersebut perlu dideteksi.
"Sehingga pendekatan yang lebih intensif kami lakukan di daerah-daerah yang mengalami lonjakan kasus yang cepat," katanya.