Kamis 10 Jun 2021 02:46 WIB

Komnas Anak: Jeli Pilih Kemasan Plastik untuk Anak

Tak semua kemasan berbahan plastik untuk makanan dan minuman cocok bagi seluruh usia

Ketua Komnas Anak, Arist Sirait
Foto: ANTARA
Ketua Komnas Anak, Arist Sirait

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plastik kian banyak digunakan untuk kemasan pangan. Ketua Komnas Anak Arist Merdeka Sirait meminta masyarakat untuk cermat menggunakan plastik dan mengetahui jenis-jenis plastik yang bisa berdampak untuk kesehatan tubuh.

Pasalnya saat ini aneka jenis plastik dengan mudah ditemukan di pasaran dan digunakan secara luas baik sebagai kemasan pangan maupun perabotan rumah tangga. Plastik merupakan polimer sintetis yang telah digunakan manusia sejak lebih dari 70 tahun lalu.

Arist mengingatkan masyarakat khususnya para ibu untuk jeli dalam memilih kemasan plastik yang akan digunakan untuk bayi dan anak-anak. Alasannya tidak semua kemasan berbahan plastik untuk makanan dan minuman itu cocok untuk seluruh usia.

“Di Indonesia, masih saja dipakai kemasan-kemasan plastik misalnya piring yang untuk nasi, juga kemasan botol susu anak-anak, yang kalau diperhatikan jika terkena sinar matahari bisa melengkung. Itu juga digunakan oleh bayi dan balita,” ujar Arist.

Dia mengatakan ada beberapa kandungan zat kimia yang keberadaannya patut dicermati dalam hal jumlah dan potensi migrasinya seperti zat BPA. Terutama yang terdapat pada kemasan-kemasan makanan dan minuman berbahan plastik. "Harus dipastikan bahwa produk dan kemasan yang beredar di pasaran harus mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)," katanya.

“Saya tidak menyebutkan produknya apa, tetapi saya lihat nyata ada plastik dipakai oleh ibu-ibu yang menengah bawah. Oleh karena itu Komnas Perlindungan Anak mengingatkannya,” ucapnya menambahkan.

Beberapa zat kimia itu berbahaya bagi bayi, balita, bahkan janin. Menurutnya tugas BPOM bukan hanya mengawasi makanan, tetapi juga kemasannya. BPOM jangan hanya fokus mengawasi konten atau isinya saja apakah kadaluarsa atau tidak, tapi harus mengawasi kemasannya pula.

“Jangan lupa, kemasan itu kalau di Eropa, kalau beli susu atau beli apapun, kalau sudah penyok tidak boleh dijual. Tapi di Indonesia, karena pemahaman ibu-ibu yang menengah ke bawah masih kurang soal itu, mereka tetap menggunakannya,” ujar Arist menjelaskan.

Karenanya, dia mengatakan produk-produk yang terbuat dari plastik itu harus betul-betul diwaspadai. Tak tertutup kemungkinan plastik yang belum ada izin edarnya itu berbahaya bagi bayi, balita, dan janin. 

“Karenanya, saya mengimbau kepada seluruh ibu di seluruh nusantara untuk tidak lagi menggunakan produk-produk plastik ini dengan sembarangan," katanya. "Sendok saja, kalau mau minum obat memakai plastik. Zaman saya pakai stainless. Sekarang serba plastik." 

Sebelumnya, muncul berita terkait bahaya Bisfenol A (BPA) pada kemasan galon air minum dalam kemasan (AMDK). Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan pernyataan bahwa AMDK galon guna ulang yang beredar hingga kini aman untuk dikonsumsi.

Berdasarkan hasil pengawasan BPOM terhadap kemasan galon AMDK yang terbuat dari Polikarbonat (PC) selama lima tahun terakhir, menunjukkan bahwa migrasi BPA di bawah 0.01 bpj (10 mikrogram/kg) atau masih dalam batas aman.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement