Wiku menambahkan, merespons ekskalasi penularan Covid-19 yang terjadi di Kudus, maka jajaran pimpinan BNPB dan TNI bergerak melakukan kunjungan ke Kudus pada Rabu (2/6) lalu. Kunjungan tersebut mendapat satu kesimpulan terkait penyebab lonjakan kasus yang terjadi.
"Keadaan ini terjadi sebagai dampak dari adanya kegiatan wisata religi berupa ziarah serta tradisi kupatan yang dilakukan oleh warga Kudus tujuh hari pasca lebaran. Hal ini memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat," kata Wiku.
Kerumunan yang terjadi pun meningkatkan penularan infeksi virus corona di Kudus. Parahnya, penularan juga merembet ke 189 tenaga kesehatan di sejumlah rumah sakit. Sayangnya, tindakan penanganan pasien Covid-19 di rumah sakit di Kudus pun terlihat kurang sesuai dengan aturan baku.
"Rumah sakit yang belum menerapkan secara tegas dan disiplin zonasi merah kuning dan hijau, triase pasien covid dan non covid serta keluarga pasien. Contoh dari hal ini adalah masih adanya pasien covid di rumah sakit yang didampingi oleh keluarganya keluar masuk rumah sakit tanpa screening," ujar Wiku.
Demi menanggulangi krisis penanganan Covid-19 di Kudus, Satgas memerintah pemda setempat untukmelakukan konversi tempat tidur reguler menjadi tempat tidur untuk pelayanan Covid-19. Pasien dengan gejala sedang diprioritaskan untuk dirawat di rumah sakit, sementara yang bergejala ringan diimbau untuk melakukan isolasi mandiri di kediaman masing-masing.
"Isolasi mandiri di kediaman apabila memungkinkan atau dirujuk ke ibukota provinsi yaitu Semarang," kata Wiku.