Sabtu 29 May 2021 00:07 WIB

Wiku: Kenaikan Tingkat Keterpakaian RS Saat Ini Jadi Alarm

Kondisi ini menjadi tanda terjadinya peningkatan kasus Covid-19.

Petugas medis  berjalan di halaman Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmono menyatakan Pemerintah menemukan berbagai klaster penularan baru pasca libur Lebaran akibat halal bihalal, ibadah teraweh dan pelaku perjalanan dengan data Kamis (27/5/2021) hingga pukul 12.00 WIB, pertambahan kasus COVID-19 sebanyak 6.278 kasus menjadi 1,79 juta.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Petugas medis berjalan di halaman Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmono menyatakan Pemerintah menemukan berbagai klaster penularan baru pasca libur Lebaran akibat halal bihalal, ibadah teraweh dan pelaku perjalanan dengan data Kamis (27/5/2021) hingga pukul 12.00 WIB, pertambahan kasus COVID-19 sebanyak 6.278 kasus menjadi 1,79 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito mencatat tingkat keterpakaian tempat tidur atau okupansi di rumah sakit rujukan Covid-19 yang kini meningkat menjadi alarm keras bagi semua pihak. Kondisi ini menjadi tanda terjadinya peningkatan kasus Covid-19.

"Ini adalah alarm keras untuk kita semua, terutama untuk provinsi-provinsi yang berada di Pulau Jawa," ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat (28/5).

Baca Juga

Pada 26 Mei 2021, ia menyampaikan jumlah keterpakaian tempat tidur ruang isolasi di seluruh RS rujukan Covid-19 di Indonesia mencapai 23.488 tempat tidur, naik 14,2 persen dibandingkan 20 Mei 2021 yang sebanyak 20.560 tempat tidur. Ia mengatakan, data peningkatan keterpakaian tempat tidur itu menandakan bahwa terjadi peningkatan kasus Covid-19 pada periode itu, utamanya yang membutuhkan perawatan di ruang isolasi.

"Artinya, peningkatan kasus Covid-19 juga terjadi pada pasien dengan gejala sedang hingga berat, sehingga membutuhkan ruang isolasi," katanya.

Wiku mengatakan, kenaikan tersebut dikontribusi oleh lima provinsi, yakniDKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang peningkatannya di kisaran 18 - 23 persen. Ia memaparkan, DKI Jakarta mengalami kenaikan keterpakaian tempat tidur sebesar 23,7 persen menjadi 3.846 tempat tidur pada26 Mei, dibandingkan dengan 21 Mei sebesar 3.108 tempat tidur isolasi.

Sementara Jawa Barat mengalami kenaikan 20,3 persen menjadi 3.615 tempat tidur isolasi pada periode 20 - 26 Mei. Pada periode sama, Jawa Tengah mengalami kenaikan 23,13 persen menjadi 3.161 tempat tidur isolasi.

Kemudian, Banten mengalami kenaikan 21,2 persen menjadi 959 tempat tidur isolasidan DIY mengalami kenaikan 18,18 persen menjadi 585 tempat tidur isolasi. "Berat bagi saya untuk menyampaikan perkembangan yang kurang baik ini, apalagi setelah berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisir terjadinya perkembangan ke arah yang tidak diharapkan seperti ini," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement