REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, diminta untuk mempercepat pelaksanaan tender revitalisasi objek wisata Taman Loang Baloq senilai Rp 11,7 miliar, agar program bisa berjalan sesuai target.
"Paling lambat tender bisa dilakukan Juni 2021, agar Juli terkontrak dan dilakukan pengerjaan fisik selama lima bulan. Jika tidak kami khawatir akan molor, apalagi nilaiproyeknya cukup besar," kata Asisten II Bidang Administrasi Pembangunan dan Perekonomian Setda Kota Mataram H Mahmuddin Tura.
Mahmuddin mengatakan kekhawatiran molornya proyek tersebut karena lokasi pengerjaan di pinggir pantai yang biasanya pada empat bulan terakhir setiap tahun terjadi cuaca ekstrem karena masuknya musim hujan dan angin barat sehingga memicu gelombang tinggi dan abrasi.
"Faktor-faktor alam tersebut perlu dipertimbangkan karena bisa menghambat proses pengerjaan dan memicu keterlambatan," katanya.
Sementara, menurut informasi terakhir dari pihak Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram, revitalisasi objek wisata Taman Loang Baloq masih dalam proses penyusunan dokumen DED (detail engineering design).
"Semestinya, bulan Mei ini sudah bisa tender sehingga pengerjaan fisik bisa lebih awal sebagai antisipasi cuaca di akhir tahun," katanya.
Namun demikian, tambah Mahmuddin, keterlambatan tahapan tender tersebut dipicu juga persoalan refocusing anggaran serta perubahan sistem informasi pemerintah daerah (SIPD).
Sementara itu Kepala Dispar Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi sebelumnya mengatakan, dengan alokasi anggaran revitalisasi Loang Baloq sebesar Rp 11,7 miliar tersebut akan dilaksanakan 11 kegiatan pembangunan fasilitas pendukung.
"Dari 11 kegiatan yang akan kita laksanakan antara lain, pembangunan panggung, plaza, panggung air, lampu laser, toilet dan pembangunan dua menara tower untuk memantau aktivitas masyarakat di sekitar objek wisata," katanya.
Denny begitu dia akrab disapa mengatakan, ke depan keberadaan panggung itu menjadi wadah kegiatan terutama untuk seni dan budaya baik skala nasional maupun lokal, berbayar atau gratis.
"Misalnya kegiatan atraksi budaya 'peresesan', 'gendang beleq' dan lainnya. Intinya, setelah panggung itu jadi kita akan tetap menggelar kegiatan seni dan budaya setiap akhir pekan," katanya.