REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad, menilai tidak diundangnya politikus PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo dalam acara pengarahan kader untuk penguatan soliditas partai menuju Pilpres 2024 yang diselenggarakan DPD PDIP Jawa Tengah, Sabtu (22/5) lalu menunjukkan dukungan politik internal di PDIP terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman. Bahkan menurutnya, bukan tidak mungkin nasib Ganjar untuk memaksimalkan karier politiknya melalui PDIP sudah di ujung tanduk.
"Meski memiliki tingkat elektabilitas cukup tinggi, Ganjar berpotensi kehilangan peluang mendapatkan tiket dari PDIP agar bisa masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang," kata Nyarwi dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, Senin (24/5).
Berdasarkan survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei, termasuk IPS, nama Ganjar makin populer selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, tingkat elektabilitasnya juga cukup tinggi melampaui sejumlah figur publik dan para tokoh pimpinan partai, termasuk Puan Maharani sendiri.
Nyarwi menjelaskan berdasarkan data survei IPS Awal April 2021, untuk 30 nama capres, menunjukkan, elektabilitas Ganjar 14,4 persen. Elektabilitas ini berada di urutan kedua setelah Prabowo (25,4 persen). Dalam bursa cawapres, untuk 30 nama, Ganjar juga berada di urutan nomor tiga, yaitu 8,3 persen, setelah Anies Baswedan (12,8 persen).
Tingkat elektabilitas ini juga tidak banyak mengalami perubahan untuk survei dengan 18 dan 10 nama capres dan cawapres. "Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna, jika Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP," ungkapnya.
Nyarwi memandang dinamika di internal PDIP terkait bursa Capres/Cawapres dalam Pilpres 2024 mendatang kian hangat dan memanas. DPP PDIP juga tampak makin terbuka untuk mengingatkan para kadernya, khususnya yang menjadi figur publik populer dan memiliki potensi elektabilitas tinggi agar tidak ‘off side’.
"Kritik yang disampaikan oleh Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo mengindikasikan hal tersebut," ucapnya.
Selain itu, Nyarwi juga melihat, PDIP memiliki orientasi berbeda dengan parpol-parpol lainnya dalam Pilpres 2024 mendatang. Berbeda dengan Pilpres 2019 dan 2019 lalu, kemungkinan PDIP tidak lagi mencalonkan sosok yang lebih populer dan memiliki elektabilitas tinggi seperti Jokowi.
"Arah PDIP untuk Pilpres 2024 mendatang tampaknya makin jelas dengan untuk menjagokan figur tertentu di luar sosok popular seperti Ganjar Pranowo," tuturnya.