REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lonjakan kasus Covid-19 yang muncul sebagai akibat naiknya mobilitas warga selama periode mudik Lebaran belum terlihat. Dalam sepekan terakhir, grafik penambahan kasus harian masih cukup stabil landai di angka 4.000-an kasus per hari.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, manivestasi kasus yang muncul selama periode peniadaan mudik Lebaran 6-17 Mei 2021 baru bisa terdeteksi dua minggu ke depan. Itu pun, perhitungannya harus dengan analisis yang valid.
"Mengingat perkembangan Covid-19 berdasarkan riwayat alamiah penyakitnya, butuh waktu, baik untuk terdeteksi pada diagnostik atau untuk menunjukkan gejala," ujar Wiku dalam keterangan pers, Kamis (20/5).
Mengingat efek mudik Lebaran yang tidak akan muncul dalam waktu instan, Wiku meminta masyarakat yang melakukan perjalanan selama periode peniadaan mudik untuk melakukan karantina mandiri selama 5x24 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan infeksi virus yang terbawa oleh pemudik.
"Karena mobilitas yang dilakukan di masa pandemi adalah aktivitas berisiko. Ini bentuk tanggung jawab bagi diri sendiri dan orang-orang terdekat," ujarnya.
Wiku juga meminta posko Covid-19 di level desa dan kelurahan agar secara aktif mengawasi warga di wilayahnya baru saja tiba dari kampung halaman. Termasuk bila diperlukan melakukan testing dan tracing sebagai upaya preventif perluasan penularan Covid-19.
"Testing dan tracing khususnya di daerah tujuan arus balik demi memaksimalkan pencegahan covid," katanya.