Kamis 13 May 2021 11:51 WIB

Ikan Kerapu dari Natuna Jadi Idola Ekspor Saat Pandemi

Hingga April, Natuna telah mengekspor sekitar 50,8 ton ikan kerapu.

Pekerja menunjukkan ikan kerapu (Epinephelus) berwarna putih budidaya di sungai Loskala, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (29/1/2021). Ikan kerapu yang dikembangkan dengan metode karamba jaring apung itu diekspor ke Malaysia seharga Rp130 ribu-Rp160 ribu per kilogram.
Foto: ANTARA/Rahmad
Pekerja menunjukkan ikan kerapu (Epinephelus) berwarna putih budidaya di sungai Loskala, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (29/1/2021). Ikan kerapu yang dikembangkan dengan metode karamba jaring apung itu diekspor ke Malaysia seharga Rp130 ribu-Rp160 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto menyatakanikan kerapu menjadi salah satu idola ekspor di sektor kelautan dan perikanan nasional. Ikan kerapu merupakan hasil budi daya laut di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

"Meski pandemi, ekspor perikanan nasional masih jalan terus. Selain udang, ikan kerapu juga menjadi salah satu komoditas andalan ekspor kita. Seperti ikan kerapu hasil budi daya Kabupaten Natuna yang terus berjalan meskipun pandemi," kata Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (13/5).

Menurut Slamet, ikan kerapu merupakan salah satu komoditas hasil perikanan budi daya laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi di pasar regional maupun internasional. Untuk itu, ujar dia, pihaknya juga akan terus mendorong potensi budi daya ikan kerapu karena selain keunggulannya yang menguntungkan.

KKP, kata Slamet, terus mendorong agar selama masa pandemi, semakin banyak perusahaan yang melakukan ekspor ikan kerapu karena kerapu merupakan salah satu komoditas andalan untuk ekspor kelautan dan perikanan nasional. "Ini peluang emas, karena dengan ekspor yang terus meningkat dipastikan akan menggerakkan ekonomi masyarakat pesisir, dan geliat ekonomi masyarakat pada umumnya," katanya.

Ia juga menambahkan bahwa permintaan pasar untuk ikan kerapu di negara tujuan ekspor kembali terbuka dan menunjukkan tren yang mulai meningkat. Menurutnya, penting untuk saling berkoordinasi dan bersinergi dalam mengembangkan budidaya laut agar aktivitas ekspor ikan kerapu bisa terus berjalan dengan lancar.

Selain itu, ujar dia, dengan meningkatnya kinerja ekspor, tentunya secara bersamaan akan menaikkan devisa negara. Untuk itu, KKP terus berupaya menggenjot ekspor untuk komoditas unggulan budidaya, termasuk ikan kerapu. "Sebagai sektor strategis berbasis pangan tentu akuakultur harus mampu berkontribusi lebih besar mendorong pertumbuhan ekonomi. KKP terus berupaya melakukan pengembangan budidaya di kawasan-kawasan potensial guna menggenjot produksi perikanan budi daya," ujarnya.

Salah satu dari kawasan potensial tersebut, lanjutnya, adalah di Kabupaten Natuna. Daerah ini merupakan kabupaten yang memiliki potensi budi daya ikan laut dan posisinya dekat dengan Hong Kong. Slamet menambahkan, potensi ini akan meningkatkan kinerja ekspor, tentunya secara bersamaan akan menaikkan devisa negara di tengah menurunnya pendapatan negara dari ekspor.

Slamet mengungkapkan, meskipun pandemi belum berakhir, Kabupaten Natuna dapat terus memenuhi permintaan ekspor ikan laut hasil budi daya ke Hong Kong. "Hingga bulan April, selama tahun 2021 telah melakukan aktivitas ekspor ikan laut sebanyak empat kali dengan total mencapai kurang lebih 50,8 ton. Harapannya, bukan hanya di Natuna saja tapi daerah lain pun sama," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement