REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyampaikan tiga pesan kepada publik maupun jajaran birokrat di Pemerintah Kota Bogor setelah menyaksikan film "Pulau Plastik" di Bioskop XXI di kota setempat.
"Film 'Pulau Plastik' ini menyampaikan pesan moral yang menggugah kesadaran masyarakat terhadap bahaya plastik bagi manusia," kata Bima Arya.
Film dokumenter "Pulau Plastik" produksi Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc, berurasi 1 jam 42 menit ini menceritakan penggunaan plastik sekali pakai dan dampak sampahnya yang tidak terurai, menyusup sampai ke rantai makanan manusia dalam bentuk mikro plastik.
Bima Arya menyampaikan tiga pesan terkait sampah plastik dan bahayanya bagi kesehatan lingkungan dan manusia. Pertama, ternyata Indonesia menjadi target dari pembuangan sampah plastik dari negara-negara maju yang selama ini mengklaim telah berhasil mengelola plastik.
"Realitas ini sangat ironis dan menyedihkan, karena seolah-olah kita tidak bisa apa-apa. Negara kita seperti ditipu oleh negara-negara maju yang mengklaim berhasil, tapi sampahnya dibuang ke negara kita," katanya.
Kedua, bahan plastik yang selama ini disebut bisa diurai, ternyata tidak bisa terurai dalam waktu sangat lama, padahal di Kota Bogor banyak menggunakan bahan plastik. Pemerintah Kota Bogor, kata dia, akan melakukan uji sampling terhadap bahan plastik yang sudah banyak digunakan di Kota Bogor, untuk melihat apakah plastik itu semuanya lolos uji atau ada yang tidak lolos uji.
Ketiga, melalui film dokumentar ini menjelaskan, sampah plastik dalam bentuk mikro plastik tidak teruai, dan menyusup ke dalam rantai makanan yang dikonsumsi masyarakat. "Pesan yang lebih mengkhawatirkan ternyata di dalam tubuh kita ada mikro plastik yang membahayakan kesehatan," katanya.
Menurut Bima, imbauan larangan penggunaan plastik sekali, ternyata masih merupakan langkah kecil. "Kita masih memiliki PR besar untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai," katanya.
Pemerintah Kota Bogor, kata dia, akan memperluas kebijakan tidak menggunakan plastik sekali pakai di pasar tradisional di Kota Bogor. Dalam film "Pulau Plastik" menampilkan tiga pemain utama, yakni Gede Robi; vokalis grup musik Navicula di Bali, Tiza Mafira; aktivis lingkungan dan pengacara di Jakarta, serta Prigi Arisandi; aktivis lingkungan dan ahli biologi di Surabaya.
Ketiga pemain utama tersebut menelusuri bagaimana keberadaan sampah plastik dan sejauh mana sampah plastik menyusup ke rantai makanan manusia.