Selasa 04 May 2021 21:51 WIB

Cerita Petugas Pasar Tanah Abang, "Suara Saya Sampai Habis"

Pemprov DKI mengerahkan petugas pengawas pengunjung Tanah Abang agar taat prokes.

Warga berbelanja di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat, Ahad (2/5). Pada H-10menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah kawasan tersebut mulai dipadati warga untuk berbelanja berbagai kebutuhan lebaran, guna mengantisipasi kepadatan petugas mengatur keluar masuk pengunjung. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga berbelanja di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat, Ahad (2/5). Pada H-10menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah kawasan tersebut mulai dipadati warga untuk berbelanja berbagai kebutuhan lebaran, guna mengantisipasi kepadatan petugas mengatur keluar masuk pengunjung. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan. A, Flori Sidebang, Rizky Suryarandika

Hampir setiap menit, Rahman selalu menyampaikannya kalimat yang itu-itu saja. Walau terkadang ucapannya ditentang, tapi dia terus saja mengulangi kalimat yang sama. Suara Rahman sampai habis dibuatnya.

Baca Juga

"Saya sudah dari pagi pakai toa itu. Makanya suara saya sampai habis," kata Rahman H, seorang petugas keamanan di gedung Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (4/5) sore.

Suara Rahman habis karena terus-menerus menyampaikan soal kewajiban memakai masker. Misalnya, "Ibu maskernya tolong dipakai, Bu". Kalimat serupa disampaikan Rahman ke tiap pengunjung yang kedapatan tidak memakai masker di hall Blok B.

Tugas untuk mengingatkan pengunjung agar mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 itu mulai diemban Rahman sejak Senin (3/5). Dengan menggunakan sebuah mikrofon, Rahman memainkan perannya di sebuah tenda posko keamanan di hall Blok B.

Tugas yang diemban Rahman dan keberadaan posko itu sebenarnya baru ada sejak Ahad (2/5). Asal muasalnya adalah peristiwa kerumunan ratusan orang di hall Blok B pada Sabtu (1/5).

Ketika itu, para pengunjung berjubel di dalam Blok B untuk membeli pakaian jelang Lebaran. Mereka berdesak-desakan dan abai protokol kesehatan. Video peristiwa itu pun viral di media sosial.

Pada Ahad, barulah dibuat posko di sana. Lalu dikerahkan juga petugas gabungan dari Satpol-PP, Polri, dan TNI. Sedangkan Rahman, yang biasanya bertugas keliling mengawasi penerapan protokol kesehatan, kini ditugaskan untuk menyampaikan himbauan di hall Blok B.

Meski jumlah pengunjung sudah menurun dibanding Sabtu, pekerjaan Rahman tetap saja tanpa henti. Selalu saja ada pengunjung yang tidak memakai masker. Maklum, hall Blok B bukan hanya titik temu pengunjung Blok B, tapi juga titik temu pengunjung dari gedung Blok A, F, G, dan Metro. Intensitas orang yang melintas di sana sangat tinggi.

Pengunjung yang ditegur Rahman kebanyakan menurut. Mereka langsung menggunakan masker walau beberapa di antaranya membuka kembali masker setelah melewati posko Rahman."Saya berharap pengunjung mengerti lah," kata pria 41 tahun itu dengan suara serak kepada Republika.

Meski kebanyakan menurut, tapi ada pula segelintir pengunjung atau pemilik toko yang biasanya bangkang. Tak hanya bikin suara Rahman habis, tapi juga bikin emosi.

Ada saja pengunjung yang tak terima ketika diingatkan menggunakan masker. Mereka menunjukkan wajah menantang kepada Rahman walau tak berani menyatakannya. Rahman biasanya balas menatap dan menegur orang itu lebih keras agar segera memakai masker.

"Kalau ada orang yang enggak percaya Covid-19 itu urusan masing-masing, tapi kalau sudah masuk area gedung harus ikuti aturan di sini," kata Rahman mengomentari para pembangkang prokes.

Tersulit bagi Rahman adalah ketika para penyewa toko tak menggunakan masker. Mereka biasanya menantang balik secara frontal ketika ditegur.

"Padahal mereka bukan yang punya tempat tapi merasa paling berkuasa. Kan kita petugas cuma bertugas mengingatkan protokol kesehatan sesuai aturan," kata Rahman sembari mengernyitkan kening.

Rahman mengakui, mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan jelang Lebaran di Pasar Tanah Abang adalah satu tugas tersulit yang pernah ia hadapai. Sebelum pandemi saja, ia sudah kewalahan mengatur ribuan orang yang berbelanja tiap jelang Lebaran. Apalagi sekarang di mana setiap pengunjung harus menjaga jarak.

"Salah satu yang terberat ya mengawasi pengunjung jelang Lebaran tahun ini karena ada prokes yang harus diterapkan juga," kata Rahman yang sudah 11 tahun bekerja sebagai petugas keamanan Pasar Tanah Abang itu.

Lebaran tahun ini sebagai masa tugas terberat dirasakan pula oleh Ahmad Fauzi (40). Meski berbeda tugas dengan Rahman, tapi Fauzi juga menghadapi tantangan serupa.

Fauzi bertugas mengawasi pengunjung Blok B yang tidak pakai masker atau berkerumun. Ia selalu berkeliling. Meski orang yang ditegurnya tak sebanyak Rahman, tapi Fauzi juga mendapati respons yang tak jauh beda dengan yang didapatkan rekannya itu. Ada yang terima, ada pula yang menantang balik.

"Kita kalau ketemu yang selalu ngeyel nggak mau pakai masker, kita serahin aja ke tim posko biar ditindak. Sumpah demi Allah, capek kita, bang," kata Fauzi yang sore itu sedang menghampiri posko Rahman.

Jika Rahman sampai kehabisan suara karena menegur pengunjung, Fauzi lain lagi. Intensitas Fauzi melayangkan teguran tak terlalu tinggi, tapi jarak tempuhnya lebih jauh karena selalu berkeliling.

"Pinggang sampai sakit," kata dia sembari tertawa kecil.

Kendati demikian, dua sekawan petugas keamanan itu mengaku akan terus menegur pengunjung yang abai protokol kesehatan. Mereka tak ingin Pasar Tanah Abang jadi titik baru penyebaran Covid-19.

"Saya enggak bakal berhenti buat tegur terus. Jangan sampai nanti kita jadi kayak India," kata Fauzi.

In Picture: Penampakan Kerumunan Warga di Pasar Tanah Abang

photo
Warga berbelanja di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat, Ahad (2/5). Pada H-10menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah kawasan tersebut mulai dipadati warga untuk berbelanja berbagai kebutuhan lebaran, guna mengantisipasi kepadatan petugas mengatur keluar masuk pengunjung. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

 

 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan, lonjakan pengunjung Pasar Tanah Abang pada Sabtu (1/5) tidak diprediksi sebelumnya. Pada hari itu, pengunjung Pasar Tanah Abang mencapai 87 ribu orang

Oleh karena itu, sambung dia, sejak Senin (3/5), sekitar 750 personel gabungan disiagakan di Pasar Tanah Abang untuk menghindari terjadinya kepadatan pengunjung. Selain itu, para petugas juga akan mengawasi penerapan protokol kesehatan di lokasi tersebut.

"Jadi 250 dari Satpol PP, 250 dari Polda Metro Jaya, 250 dari Kodam, siang hari ini mereka akan berada di lapangan bekerja untuk memastikan bahwa jumlah warga yang datang ke pasar," ujar Anies, Ahad (2/5).

Kerumunan pengunjung di Pasar Tanah Abang memang berkurang pada Senin (3/5). Berkurangnya kerumunan itu setidaknya tampak di BLOK A, B, F, dan Skybridge Tanah Abang. Hanya saja, kerumunan masih tampak masih ada di areal luar yang menghubungkan ketiga blok tersebut.

Di dalam Blok A, terlihat pengunjung tak lagi seramai pada Sabtu (1/5) dan Ahad (2/5). Pengunjung tampak disiplin menggunakan masker dan menjaga jarak meski tak sampai satu meter. Tapi, setidaknya tidak berdesak-desakan seperti kondisi pada Sabtu dan Ahad pagi.

Sedangkan di Blok B, pengunjung lebih ramai dibanding Blok A. Terutama ketika berada di bagian hall Blok B. Meski ramai, tapi pengunjung tak sampai berdesak-desakan.

Di hall itu tampak sebuah posko pengawas protokol Covid-19 berdiri. Empat personel TNI memantau dari posko. Di tengah hall tampak seorang petugas keamanan menggunakan pengeras suara mengimbau pengunjung untuk patuh protokol kesehatan.

Adapun di Blok F, kondisinya tak jauh berbeda dengan Blok A. Jumlah pengunjungnya berkurang drastis dibanding kemarin. Tak ada kerumunan pengunjung di sana.

Kerumunan hanya tampak di bagian luar tiga blok itu. Tepatnya di antara area depan pintu barat Blok A, pintu barat Blok B, dan pintu Timur Blok F. Areal memanjang itu adalah titik pertemuan.

Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Imam B. Prasodjo menyindir telatnya pemerintah mencegah kerumunan massa di Pasar Tanah Abang. Ia menilai, langkah pencegahan sebenarnya bisa disiapkan pemerintah sejak jauh hari.

Imam menyayangkan pemerintah yang gagal mencegah kerumunan di pasar Tanah Abang. Padahal, momen belanja baru Lebaran mestinya sudah disadari pemerintah sebagai potensi kerumunan.

"(Pasar) Tanah Abang tidak menata. Regulasi spesifiknya harus disiapkan di situ karena tidak ada penjagaan yang memadai, harus viral dulu baru turun pasukan penjagaan. Ini enggak ada antisipasi," kata Imam kepada Republika, Senin (3/5).

Imam meminta pemerintah lebih cermat mengkaji potensi kerumunan sejak jauh hari agar bisa diantisipasi. Sebab ajang beli baju Lebaran merupakan kegiatan tahunan yang mestinya masuk dalam radar pengawasan.

"Itu kerumunan konvensial yang rutin, misalnya Jumatan atau tarawih ada regulasinya, tapi belanja sebagai puncak Ramadhan kok rnggak ada regulasinya. Padahal semua orang sudah tahu," ucap Imam.

Imam mewanti-wanti potensi kerumunan yang akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang. Ia mengimbau pemerintah segera menyiapkan langkah pencegahannya.

"Bisa jadi Idul Adha dan 17 Agustus akan terjadi potensi keramaian. Selalu terlambat kalau mencegah," tutup Imam.

photo
Standard Operational Procedure (SOP) Protokol Kesehatan di pasar rakyat dan ritel modern. - (Tim Infografis Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement