Ahad 02 May 2021 23:24 WIB

Ngabuburit BKN PDIP Bahas Strategi Dakwah Walisongo

Walisongo berdakwah tidak seperti yang dipahami oleh sebagian orang.

 KH Ahmad Baso saat berbicara di episode ke-20 Ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional (BKN) Pusat PDI Perjuangan
Foto:

Sehingga hadirnya Walisongo merupakan sebuah angin segar bagi komunitas Tionghoa dan Hindu Bali.  Mereka banyak belajar dari Walisongo mengenai berbagai ilmu pengetahuan yang kemudian dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Salah satunya penulis Bali, didokumentasikan dalam naskah-naskah sejarah mereka, mereka menyebut kenapa orang Bali itu butuh kepada Walisongo? Karena Walisongo merupakah solusi bagi keberlangsungan peradaban mereka. Banyak dari mereka yang berguru kepada Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, Sunan Kudus, yang kita tahu sangat fikih oriented. Itu ternyata orang Bali berguru kepada Walisongo,” jelas Ahmad Baso.

Sama seperti orang kebanyakan saat ini, Ahmad Baso mengatakan komunitas Tionghoa dan Hindu Bali saat itu juga menginginkan hidup yang sejahtera dan makmur. 

Maka lewat pintu inilah Walisongo mendakwahkan ajaran-ajaran agama Islam yang senada dengan adat budaya masyarakat di Bali. Misalnya masyarakat Bali membutuhkan salah satu pengobatan tradisional lewat kalimat Bismillah yang merupakah salah satu ayat Al Qur’an.

Hal ini diajarkan Walisongo tanpa memperdulikan apakah nanti masuk Islam atau tidak. Sebab yang paling penting adalah nilai-nilai keislaman diperkenalkan lebih dulu.

“Kenapa mereka butuh Walisongo? Pertama mereka butuh hidup sejahtera dan makmur. Yang kedua bagaimana mereka belajar tentang ilmu pengobatan, jimat-jimat, bacaan, dan rajah. Semisal lafadz bismillah yang sering kita baca, pada waktu itu bagai orang Bali merupakan bacaan pengobatan. Dan diyakini dapat menyembuhkan sebuah penyakit,” ungkap Ahmad Baso.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement