Selasa 27 Apr 2021 10:48 WIB

Badai Covid-19 India yang Disebut WHO 'Heart Breaking'

Puncak badai Covid-19 di India diperkirakan terjadi pertengahan Mei.

Petugas kota bersiap menguburkan jenazah orang yang meninggal karena Covid-19 di Gauhati, India, Ahad (25/4). PM India Narendra Modi mengatakan India memasuki kondisi badai Covid-19.
Foto:

India juga akan mendapatkan vaksin Covid-19 dari Rusia, Sputnik V, pada bulan Mei. Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) , Kirill Dmitriev, mengatakan dosis pertama akan diberikan pada 1 Mei.

Dmitriev tidak mengatakan berapa banyak vaksin yang akan dikirim dalam gelombang pertama atau  tempat vaksin ini diproduksi. Namun, dia berharap pasokan vaksin Rusia akan membantu India keluar dari pandemi pada waktunya.

Badan yang memasarkan Sputnik V secara global telah menandatangani perjanjian dengan lima produsen terkemuka India untuk lebih dari 850 juta dosis vaksin setahun. RDIF memperkirakan produksi vaksin di India akan mencapai 50 juta dosis sebulan pada musim panas dan terus meningkat.

Selain vaksin, perusahaan farmasi Rusia, Pharmasyntez, mengatakan sebelumnya telah siap untuk mengirimkan hingga 1 juta bungkus obat antivirus remdesivir ke India pada akhir Mei. Pengiriman ini terjadi setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Rusia.

Kebutuhan vaksin di India neningkat drastis bulan ini, perusahaan juga berupaya meningkatkan kapasitas produksi. Namun, perusahaan farmasi kesulitan karena kekurangan bahan baku dan kebakaran di fasilitas produksi AstraZeneca. Pemerintah India juga masih akan belum mengimpor vaksin karena fokus memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Badai Covid-19 di India membuat Indonesia turut mewaspadai hal serupa. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia terus memantau situasi pengendalian Covid-19 secara global. Termasuk, belajar dari munculnya gelombang baru Covid-19 di sejumlah negara seperti India dan Thailand.

Pemerintah, ujarnya, berupaya mencegah terjadinya lonjakan kasus di dalam negeri dengan memastikan ketersediaan vaksin Covid-19 dan menjaga kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan.  "Belajar dari munculnya gelombang baru di sejumlah negara, kita harus bekerja keras agar kejadian serupa tidak terjadi di Indonesia. Pemerintah mengupayakan ketersediaan vaksin, dan kita semua tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan," tulis Jokowi dalam unggahannya di media sosial, Selasa (27/4).

Sampai hari ini, sedikitnya 18,5 juta dosis vaksin Covid-19 telah disuntikkan di Indonesia. Terdiri dari 11,8 juta dosis pertama dan 6,9 juta dosis kedua. Jokowi menambahkan, Indonesia ternyata merupakan negara ketiga tercepat Asia yang berhasil melakukan vaksinasi Covid-19. Di atas Indonesia, ada India yang telah menyuntikkan 139 juta dosis vaksin dan China yang sudah menyuntikkan 224 juta dosis vaksin Covid-19.

"Indonesia saat ini menjadi negara dengan jumlah pemberian vaksin Covid-19 terbesar ketiga di Asia, setelah Tiongkok dan India. Meski demikian, untuk mencapai tujuan, program vaksinasi massal yang diberikan gratis perlu dukungan semua pihak," ujar Jokowi.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan, Indonesia perlu belajar dari kebijakan penanganan Covid-19 di berbagai negara dunia, terlebih dengan munculnya gelombang ketiga di beberapa negara saat ini. India dan Thailand adalah dua negara di Asia yang saat ini sedang bekerja keras mengatasi lonjakan kasus Covid-19.

"Harus belajar dari kejadian-kejadian tersebut, terutama belajar dari munculnya gelombang baru di sejumlah negara. Kita harus bekerja mencegah agar kejadian serupa tidak terjadi di Indonesia," kata Retno.

Selain dengan mempercepat vaksinasi, upaya untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus adalah dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Retno meminta masyarakat tidak lengah meskipun tren kasus Covid-19 masih menunjukkan penurunan.

photo
Vaksin Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement