Senin 26 Apr 2021 15:56 WIB

Posko Covid-19 Diminta Fasilitasi Video Call untuk Lebaran

Kebijakan itu dilakukan demi mendukung masyarakat yang menunda mudik ke kampung

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Calon penumpang bus melakukan tes deteksi COVID-19 dengan metode GeNose C19 saat pembukaan Posko GeNose di Terminal Tipe A Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/4/2021). Pembukaan layanan Posko GeNose C-19 bagi calon penumpang bus di terminal tersebut sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Maulana Surya
Calon penumpang bus melakukan tes deteksi COVID-19 dengan metode GeNose C19 saat pembukaan Posko GeNose di Terminal Tipe A Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/4/2021). Pembukaan layanan Posko GeNose C-19 bagi calon penumpang bus di terminal tersebut sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meminta posko Covid-19 di level desa dan kelurahan untuk bisa memfasilitasi layanan panggilan video atau video call bagi warga yang ingin melakukan silaturahim secara virtual saat Lebaran nanti. Kebijakan itu dilakukan demi mendukung masyarakat yang menunda kepulangannya ke kampung halaman demi mengurangi risiko penularan Covid-19. 

"Salah satu solusi dalam mengatasi kerinduan terhadap keluarga untuk tidak mudik ini adalah melakukan berbagai upaya silaturahim secara virtual. Mohon berkenan posko yang ada di setiap daerah bisa memberikan kesempatan kepada keluarga yang mungkin belum memiliki fasilitas komunikasi virtual untuk bisa difasilitasi," ujar Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo usai rapat terbatas, Senin (26/4). 

Baca Juga

Pemerintah melarang perjalanan mudik selama periode 6-17 Mei 2021. Selain itu, syarat perjalanan pun diperketat sejak 22 April hingga 5 Mei dan 18-24 Mei nanti. 

Larangan mudik dibuat demi mencegah lonjakan kasus Covid-19. Sejumlah negara saat ini sedang menghadapi lonjakan kasus, seperti India dan Thailand. India bahkan kini menghadapi gelombang Covid-19 terparah di dunia dengan lebih dari 300 ribu kasus baru per hari. 

Satgas Penanganan Covid-19 mengajak masyarakat Indonesia membuka mata dan belajar dari fenomena tsunami Covid-19 di India. Doni Monardo menyebutkan, gelombang dahsyat Covid-19 di India dikontribusikan oleh abainya warga dalam menjalankan protokol kesehatan. 

Masyarakat di sana pun nekat menjalankan ritual keagamaan tanpa dibarengi dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat. Akibatnya, penularan Covid-19 terjadi dengan sangat cepat. 

Indonesia pun menghadapi ancaman yang serupa apabila tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan kendur. Apalagi, masyarakat Indonesia juga segera merayakan hari raya keagamaan terbesarnya, yakni Lebaran. 

"Kecenderungan yang terjadi di India adalah karena mengabaikan protokol kesehatan saat melakukan ritual keagamaan. Kita sekali lagi harus sadar bahwa halhal yang dapat menimbulkan persoalan dengan peningkatan covid adalah karena tidak patuh kepada protokol kesehatan," kata Doni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement