Kamis 22 Apr 2021 15:23 WIB

Hilangnya KRI Nanggala dan Evaluasi Alutsista Tua Indonesia

TNI memastikan KRI Nanggala-402 bertugas dalam kondisi siap, layak, dan lengkap.

FOTO ARSIP - Sejumlah prajurit TNI-AL awak kapal selam KRI Nanggala-402 berada di atas lambung kapal setibanya di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Senin (6/2/2012). Kapal selam tersebut kembali bergabung dengan TNI AL usai menjalani perbaikan menyeluruh di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan.
Foto:

Hingga saat ini upaya pencarian terus berlanjut. Yudo mengungkapkan, kemampuan oksigen yang dimiliki dalam kondisi black out bisa mencapai 72 jam. Diperkirakan, cadangan oksigen di kapal tersebut sanggup untuk digunakan hingga Sabtu (24/2) dini hari.

"Kemampuan oksigen KRI apabila kondisi black out seperti sekarang ini itu mampu 72 jam, jadi kurang lebih tiga hari," ungkap Yudo dalam konferensi pers di Bali, Kamis (22/4).

Dengan begitu, Yudo memperkirakan cadangan oksigen di KRI Nanggala-402 masih dapat digunakan hingga Sabtu dini hari. Perkiraan itu dihitung dari mulai menyelamnya kapal tersebut pada Rabu (21/4) pukul 03.00 WITA sebelum kemudian hilang kontak.

"Kalau kemarin saat hilang kontak jam 03.00 WITA, sehingga nanti bisa sampai hari Sabtu jam 03.00 WITA sudah 72 jam. Mudah-mudahan sebelum ini dapat segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada," kata dia.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Achmad Riad, menyampaikan sejumlah kapal perang TNI Angkatan Laut yang memiliki kemampuan mencari atau mendeteksi benda di bawah permukaan air dikerahkan, di antaranya KRI Rigel-933. KRI Rigel-933 merupakan salah satu kapal andalan TNI Angkatan Laut yang punya tugas tersendiri guna melakukan pencarian bawah laut. Kapal itu terkenal di mata publik usai ikut dalam pencarian Sriwijaya Air.

Dalam laman media resmi TNI AL "Cakrawala" menyebutkan KRI Rigel-933 dapat digunakan mendukung pelaksanaan tugas TNI AL dalam operasi militer selain perang, khususnya dalam melaksanakan SAR (search and rescue) laut bilamana terjadi kecelakaan di laut dan membutuhkan pendeteksian obyek-obyek tertentu di laut dalam.

Kapal ini dibangun di Perancis, dan bertolak dari Dermaga Les Sables d’Olonne, Perancis pada 26 Maret 2015 untuk melaksanakan operasi penyeberangan ke Indonesia. Kapal itu tiba di Jakarta pada 15 Mei 2015.

Komandan pertama kapal perang survey tercanggih se-Asia ini dipercayakan kepada Letkol Laut (P) M. Wirda Prayogo, S.T. yang telah menyeberangkan kapal ini dari Perancis ke Indonesia dengan diawaki oleh 30 orang prajurit TNI AL. Kini kapal tersebut dinahkodai oleh Letkol Laut (P) Zainal Mutakin.

KRI Rigel-933 dibangun berdasarkan kontrak pengadaan kapal BHO yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan pihak galangan OCEA Perancis. Kapal itu terbuat dari aluminium dengan bobot 560 ton dengan dimensi panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter.

KRI Rigel-933 tergolong canggih karena dilengkapi peralatan AUV (Autonomous Underwater Vehicle) yang berfungsi melaksanakan pencitraan bawah laut sampai dengan kedalaman 1000 meter dan mengirimkan kembali data secara periodik ke kapal utama. Selain itu,  dilengkapi pula dengan ROV (Remotely Operated Vehicle), SSS (Side Scan Sonar), Laser Scaner untuk mendapatkan gambaran daratan, AWS (Automatic Weather Station), Echosounder Multibeam laut dalam dan Singlebeam, Peralatan CTD (Conductivity Temperatureand Depth), Gravity Corer.

KRI Rigel-933 juga memiliki laboratorium dan kemampuan survei perikanan. Untuk persenjataan, kapal ini punya mitraliur kaliber 20 mm dan kaliber 12,7 mm.

KRI Rigel-933 masuk dalam jajaran Satuan Survei Dishidros TNI Angkatan Laut yang bermarkas di Jakarta. KRI ini merupakan kapal survey dan pemetaan yang cukup canggih karena dilengkapi dengan peralatan survei hidro-oseanografi terbaru yang dapat digunakan untuk pengumpulan data sampai dengan laut dalam. KRI Rigel-933 merupakan jenis MPRV (Multi Purpose Research Vessel), yang merupakan sejarah baru di jajaran kapal-kapal TNI Angkatan Laut dalam memodernisasi armada kapal, khususnya kapal survei hidro-oseanografi.

Riad mengingatkan pula media agar tidak membuat analisa terkait ditemukannya posisi kapal selam."Saya berharap kepada rekan-rekan media untuk tidak membuat analisa, tidak memberitakan yang mungkin belum dipastikan kebenarannya sehingga memberikan ketenangan kepada masyarakat khususnya informasi ini," katanya.

Menurut dia, kabar yang menyebutkan KRI Nanggala-402 ditemukan tidak bisa dijadikan dasar. Riad mengatakan hal itu menanggapi sejumlah berita yang menyebutkan terkait penemuan lokasi hilangnya KRI Nanggala-402.Salah satunya terkait laporan yang menyebutkan bahwa telah terdeteksi pergerakan di bawah air. Hal itu disebut telah dideteksi oleh KRI Raden Eddy Martadinata (KRI) Raden Eddy Martadinata (331).

"Selanjutnya dari temuan tersebut juga ada laporan di samping temuan minyak KRI REM 331 melaporkan telah terdeteksi pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot kontak tersebut kemudian hilang sehingga masih tidak cukup untuk mengidentifikasi kontak dimaksud sebagai kapal selam," paparnya.

Dia menegaskan, informasi itu tidak bisa dijadikan rujukan penemuan lokasi kapal selam buatan Jerman tersebut."Jadi saya tegaskan kembali berbagai berita yang disampaikan sudah ditemukan 21 jam itu sebenarnya belum bisa digunakan sebagai dasar," kata Riad.

photo
KRI Karel Satsuitubun 356 bersiap sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/4/2021). Sejak KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak saat menggelar latihan penembakan rudal di laut utara Bali, sebanyak lima KRI mulai disiagakan di Pelabuhan Tanjung Wangi dan Pangkalan TNI AL Banyuwangi. - (Antara/Budi Candra Setya)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement