Rabu 21 Apr 2021 13:21 WIB

Bulog, Nasib Petani, dan Ketahanan Pangan

Ekonomi politik perberasan itu sekaligus akan ‘membunuh’ para petani.

Petani Indonesia memanen beras di sawah pada hari panen di Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, 24 Maret 2021.
Foto:

Kesimpulan

Perlahan-lahan, impor harus terus-menerus dikurangi. Ini model penting menuju kemandirian. Bukan malah sebaliknya, impor justru semakin bertambah tiap tahunnya. Bulog pun mesti konsisten, bukan main sembunyi-sembunyi atau kucing-kucingan, diam-diam juga ikut-ikutan melakukan impor.

Wartawan pasti tahu jika Bulog melakukan pengingkaran tersebut. Bersiaplah kita akan berhadap-hadapan. Pers tentu akan berada di pihak yang lemah, dalam hal ini membela para petani melawan Bulog dan pemerintah. Dengan catatan, jika itu terjadi pengingkaran oleh Bulog.

photo
Petugas Perum Bulog cabang Indramayu memeriksa stok beras impor di Gudang Bulog Tegalgirang, Bangodua, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (23/3). | - (Dedhez Anggara/ANTARA FOTO)

Karena itulah, kata dan perbuatan harus sejalan. Rencana pemerintah mengenai peningkatan target produksi, harus dimaknai sebagai bentuk kemandirian pangan Indonesia. Caranya, jangan menggantungkan ketersedian pangan melalui impor. Sebaliknya, produksi harus terus ditingkatkan untuk mengimbangi kebutuhan. Kebutuhan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.

Pemerintah dalam hal ini termasuk Bulog, kebijakannya harus propetani dari hulu hingga ke hilir. Bukan malah membebankan dan memaksa petani untuk beradaptasi dengan kenaikan harga dunia. Bulog harus memberikan solusi sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada masyarakat sebagai lembaga stabilisasi harga beras.

Pada Hari Jadi ke 54 Bulog, perusahaan umum ini harus menjadikan masalah pangan sebagai masalah hakiki bagi rakyat. Pemenuhan hak rakyat atas pangan adalah tanggung jawab negara.

Pemerintah perlu menyadari, komitmen Indonesia terhadap liberalisasi perdagangan tidak serta merta meninggalkan tanggung-jawabnya. Justru harus semakin melindungi warga negaranya dari dampak negatif liberalisasi perdagangan itu.

Dirgahayu Bulog. Jaya dalam ketahanan pangan!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement