REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menanggapi wacana penetapan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Menteri Investasi. Dia berharap, kalau pun wacana ini terealisasi, Ahok jangan sampai menjadi beban Presiden Joko Widodo.
Pangi menyarankan, Presiden memilih menteri sesuai kemampuan dan kapasitasnya atau sesuai istilah the rightman in the right place. "Tempatkan lah pembantu presiden yang kira-kira bisa membantu beliau, punya kapasitas, punya keahlian di bidang itu, paham persoalan fundamental yang bakal dihadapi di pos tersebut. Jangan sampai justru menteri menjadi beban presiden," kata Pangi kepada Republika, Jumat (16/4).
Pangi mendesak Presiden bijak memilih menteri bukan hanya didasari pada emosi publik. Pemilihan seorang menteri tak bisa karena publik menyukai/membenci sosok tersebut.
"Yang jelas menteri harus mampu mengatasi masalah yang selama ini belum teratasi," ujar Pangi.
Pangi memandang, kemampuan Presiden memilih menteri berhubungan dengan tingkat penerimaan dan kepuasan di mata masyarakat. Sehingga, kalau reshuffle justru memasukkan orang yang salah dan memberhentikan menteri yang sudah bekerja benar, justru berdampak negatif bagi Presiden.
"Maka, harus jelas alat ukurnya mana menteri yang dianggap berkinerja bagus dan yang tidak. Sehingga, jangan sampai presiden bunuh diri, reshuffle berkali-kali pun tidak akan mengubah kinerja presiden, kalau salah dalam menempatkan menteri sebagai pembantu presiden," ucap Pangi.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab menyebut, ada sejumlah nama tokoh yang berpeluang ditunjuk Presiden Jokowi dalam reshuffle kabinet kali ini.
"Kementerian Investasi Ahok cocok sepertinya. Selain berpengalaman, Ahok juga disebut masuk tim perumus ibu kota baru," kata Fadhli, Kamis (15/4).