Selasa 13 Apr 2021 06:07 WIB

Anies di Puncak Dua Survei dan Ramalan Vs Prabowo pada 2024

Berdasarkan survei IPO dan Indikator, Anies beradai di puncak survei capres 2024.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Foto:

Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI, Firman Noor tak menampik bahwa Anies memang kerap kali masuk tiga atau lima besar di berbagai survei terkait capres 2024. Menurut dia, hal tersebut menjadi peringatan bagi nama manapun yang berencana tampil di 2024.

"Ini sebenarnya warning bagi para pesaing. Apalagi, Anies belum fokus dan betul-betul memanaskan mesin di pertarungan pilpres," kata dia kepada Republika, Ahad (11/4).

Meskipun hasil berbagai survei tersebut belum pasti, dan dinilainya masih sangat berpotensi berfluktuatif, Anies, kata dia, sudah memiliki posisi yang melegakan. Terlebih, Anies disebutnya juga belum mendapat keuntungan dari partai pendukung.

"Partai pendukungnya belum jelas siapa juga. Tapi, bagi pendukung Anies nantinya, Anies akan dipandang bisa memberikan bukti dia bisa menjadi tokoh yang memiliki nilai," ucap dia.

Nilai itu ditegaskannya, karena Anies terbukti memiliki prestasi dan attitude sebagai pemimpin alternatif pasca kekosongan Jokowi. Sehingga, pilihan tersebut menurut Firman, akan membuat pemilih sekarang keluar dari politik pemerintahan yang dinilai kurang memuaskan oleh banyak pihak.

Tak hanya itu, Anies yang kerap memuncaki nama bursa pilpres juga dinilai Firman karena memiliki track record yang baik dan kerap tampil menjadi perhatian publik. Hal itu, berbeda dengan tokoh lain yang juga kerap tampil namun tidak bisa mencuri perhatian publik.

"Saya kira kenyataanya seperti itu," ujarnya.

Namun demikian, Firman menegaskan jika Pilpres 2024 masih memiliki waktu yang panjang. Sehingga, bisa memunculkan penetrasi politik lain.

Senada dengan Firman, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin yang menilai, hasil survei saat ini tidak menjamin nasib seorang pejabat kedepannya. Ujang tetap yakin akan sifat dinamis atau fluktuatif dari hasil survei.

"Akan banyak kejadian politik yang tidak diduga. Dan itu akan membuat elektabilitas capres dan cawapres akan naik turun bagai roller coaster. Dan perlu survei pembanding karena hasilnya nanti kemungkinan berbeda," katanya saat dihubungi Republika, Senin (12/4).

Kemudian, ia melanjutkan saat ini Anies dianggap punya banyak prestasi dan menjadi pihak yang dianggap bersebrangan dengan pemerintah pusat. Dalam kondisi masyarakat yang tingkat kepuasannya rendah terhadap pemerintah maka masyarakat akan cari figur yang menjadi anti-tesa dari pemerintah.

"Mungkin sosok itu Anies. Anies bekerja, tim media Anies juga bekerja. Dan para buzzer juga bekerja. Soal itu berimbang saja. Karena masing-masing punya tim media. Jika Anies saat ini tinggi elektabilitasnya, belum tentu nanti setelah tidak jadi gubernur tetap tinggi karena bisa saja turun ketika nanti sudah tidak punya jabatan. Kami lihat saja nanti kedepan," kata dia.

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari meramalkan duel Anies Baswedan versus Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.

"Sesuai saja dengan bacaan saya kalau misalnya gagasan Jokowi-Prabowo di 2024 tidak bisa dilaksanakan, maka Pilpresnya nanti kemungkinan besar akan berhadapan antara Anies dengan Prabowo Subianto," kata Qodari dalam keterangan yang disampaikan pada wartawan, Senin (22/3).

Qodari menjabarkan ramalannya didasari gagasan bahwa Prabowo pasti akan berkompetisi di Pilpres 2024 lantaran Partai Gerindra punya keterwakilan yang tinggi di DPR RI. Menurutnya, Gerindra hanya perlu dukungan satu partai menengah guna memenuhi presidential threshold.

"Kemungkinan besar koalisinya nanti itu koalisi yang terdiri dari Gerindra, PDIP, kemudian PKB, dan barangkali ada kemungkinan PAN," ucap Qodari.

Di sisi lain, Qodari menduga Anies bakal meraih dukungan dari PKS, Golkar, NasDem dan partai lainnya. Anies, lanjut Qodari berpeluang besar mempertahankan popularitasnya hingga jelang Pilpres 2024.

"Anies saya kira surveinya yang paling potensial bertahan sampai dengan masa pendaftaran (Pilpres) pada Agustus 2023," sebut Qodari.

Qodari meyakini Anies punya basis pendukung yang jelas karena dianggap perwakilan umat Islam. Kemudian, Anies berpeluang mendapat simpati dari para mantan pemilih Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 yang kecewa.

"Anies di Pilkada DKI Jakarta itu di-frame atau dicitrakan sebagai calonnya umat Islam. Pada waktu itu berhadapan dengan Ahok dan isu-isu yang membuat menang Anies pada saat itu tidak bisa lepas dari masalah penistaan agama dari Gerakan 411 dan 212," ujat Qodari.

photo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement