Rabu 07 Apr 2021 22:51 WIB

Lama Belajar Online, Sampai Kesasar Saat Kembali ke Sekolah

DKI Jakarta memulai uji coba pembelajaran tatap muka di 85 sekolah pada Rabu (7/4).

Seorang Guru mengukur suhu tubuh murid pada hari pertama uji coba pembelajaran tatap muka di SD Negeri Kenari 08 Pagi, Jakarta, Rabu (7/4/2021). Pemprov DKI Jakarta melakukan uji coba pembelajaran tatap muka terbatas di 85 sekolah dari jenjang SD hingga SMA mulai 7 April hingga 29 April 2021 dengan kapasitas dalam ruangan maksimum 50 persen dan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Foto:

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria ukut meninjau pelaksanaan uji coba (piloting) pembelajaran tatap muka (PTM) di SMKN 2 Jakarta hari pertama, Rabu (7/4). Ariza pun sempat memasuki ruang kelas untuk menyaksikan langsung kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, Ariza juga sempat melontarkan pertanyaan kepada para siswa. "Lebih suka belajar dari rumah atau sekolah?" tanya Ariza.

"Di sekolah," jawab siswa dengan semangat.

Selain itu, Ariza kembali melontarkan pertanyaan perihal transportasi yang digunakan para siswa untuk kembali mengikuti pelajaran di sekolah. Jawaban yang dilontarkan para siswa pun beragam. Ada yang mengaku menggunakan transportasi umum, yakni KRL dan bus Transjakarta.

Politikus Partai Gerindra itu pun kembali mengingatkan para siswa untuk menaati protokol kesehatan selama berada di transportasi umum. "Tetap menjaga jarak ya di transportasi umum," ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma pun sempat melakukan peninjauan di sekolah tersebut. Dhanya menyebut, sebanyak 10 sekolah di Jakarta Pusat yang terlibat dalam program piloting pembelajaran tatap muka.

"Hasil monitoring, Alhamdulillah sesuai dengan prosedur semuanya berjalan dengan baik. Dari rumah membawa perbekalan, masker dan handsanitizer dibawa. Masuk (sekolah) cek suhu dulu, kemudian mencuci tangan, masuk kelas jarak diatur masing-masing 1,5 meter," ujar Dhany.

Kepala Sekolah SMKN 2 Jakarta Murni Astuti menjelaskan, pihaknya menyiapkan lima ruang kelas untuk menunjang pembelajaran tatap muka. Sedangkan, siswa yang mengikuti pembelajaran di sekolah mencapai 45 orang dari total jumlah siswa 670 orang.

"Siswa yang setujui oleh orang tua siswa (belajar di sekolah) adalah 45 siswa dari seluruh siswa berjumlah 670 siswa. Jadi selebihnya semua daring dari rumah," ungkap Murni.

Dia menjelaskan, setiap kelas diisi oleh lima siswa. Para siswa yang mengikuti pembelajaran di sekolah pun telah mendapatkan persetujuan dari masing-masing orang tua. Kegiatan belajar mengajar di sekolah dimulai pukul 07.30-11.30 WIB.

Lebih lanjut Murni menuturkan, selama uji coba pembelajaran tatap muka ini, pihak sekolah juga menerapkan sejumlah aturan yang berbeda pada saat keadaan normal. Diantaranya para siswa diminta untuk membawa cadangan masker dan menyiapkan bekal makanan dari rumah. Sebab, selama uji coba ini, kantin sekolah masih dilarang beroperasi.

"Anak-anak diarahkan langsung ke kelas agar tidak berkerumun, dan di kelas pun para guru menerapkan protokol kesehatan. Kemudian ketika jam istirahat, yaitu 09.30-10.00 WIB, anak-anak tetap di kelas," tutur dia.

Dia menambahkan, pihaknya pun menyediakan ruang UKS sebagai ruangan isolasi jika nantinya ada siswa yang memiliki suhu tubuh di atas 37,3 derajat celcius. "Setelah itu kita berkoordinasi dengan puskesmas," imbuhnya.

Di tempat terpisah, Plt Wali Kota Jakarta Selatan (Jaksel) Isnawa Adji mengingatkan para siswa agar tidak keluyuran seusai mengikuti PTM. Hal ini disampaikan karena sekolah-sekolah di Jaksel melaksanakan PTM mulai hari ini, Rabu (7/4).

"Kita mengingatkan anak-anak untuk tidak berkunjung ke mana-mana sepulang sekolah, lebih baik pulang ke rumah. Dikhawatirkan kalau mampir ke mana bisa tertular Covid-19 di lokasi yang dikunjungi," kata Isnawa usai meninjau pelaksanaan PTM di SMKN 15, Kebayoran Baru, Rabu.

photo
Siswa SMKN 15 Jakarta Selatan sedang mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama di sekolah, Rabu (7/4). - (Republika/Febryan A)

 

 

Persoalan ini menjadi sorotan Isnawa lantaran sejumlah sekolah lokasinya berdekatan dengan tempat hiburan seperti mal. Ia pun turut meminta guru dan kepala sekolah ikut memastikan para siswa pulang dengan orang tuanya di depan sekolah.

"Kita semua punya tanggung jawab agar protokol kesehatan berjalan baik," ujarnya.

Isnawa mengatakan, sebanyak 25 sekolah di Jaksel menerapkan PTM mulai Rabu (7/4). Ia pun berharap tak muncul kasus baru Covid-19 di 25 sekolah itu.

"Kalau ada ditemukan kasus positif Covid-19, maka sekolahnya akan ditutup. Ini kan uji coba. Kita harapkan insha Allah tidak ditemukan kasus Covid-19 saat siswa mulai belajar tatap muka," kata Isnawa.

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mendorong agar sekolah yang melanggar protokol kesehatan ditindak tegas. Mestinya, tidak ada toleransi sedikitpun terhadap pelanggaran karena menyangkut keamanan dan kesehatan siswa dan guru.

"Tidak ada toleransi sedikit pun atas pelanggaran, sebab sekolah dan guru adalah entitas edukatif, yang berfungsi mendidik dan menjadi teladan publik," kata Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, Rabu (7/4).

P2G meminta dinas pendidikan memaksimalkan peran Satgas Khusus PTM Sekolah serta pengawas untuk melakukan inspeksi mendadak PTM. Evaluasi kedisiplinan warga sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan harus selalu dilakukan.

Sidak, menurut Satriwan mesti dilakukan setiap hari dan memastikan semua sekolah terawasi dengan baik. Pelanggaran terhadap 3M (menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker) dan protokol kesehatan di sekolah maupun luar sekolah harus betul-betul tidak ditoleransi.

"P2G menilai selama ini tidak ada sanksi tegas dari pemerintah daerah atau Satgas Covid-19 Daerah, ketika sekolah melakukan pelanggaran protokol kesehatan, baik di sekolah maupun aktivitas selepas pulang sekolah," kata dia lagi.

Menurut P2G, Satgas Khusus PTM Sekolah perlu melibatkan kepolisian, satpol PP, dinas kesehatan, dinas perhubungan, dan dinas pendidikan. Tugas mereka adalah mengawasi dan memantau mobilitas siswa dan guru sepulang sekolah agar betul-betul taat protokol kesehatan.

Hal ini penting untuk mengantisipasi siswa dan guru yang melanggar protokol kesehatan, bahkan jika perlu meminta siswa atau guru langsung pulang ke rumah. Termasuk juga mengontrol mobilitas dan ketaatan protokol kesehatan siswa dan guru ketika menggunakan angkutan umum.

"Adapun Satgas Covid Sekolah tentu tak punya kapasitas mengontrol siswa sepulang sekolah mengingat jumlah guru yang terbatas dan akses rumah siswa yang beragam," ujar Satriwan.

photo
Sekolah Tatap Muka (ilustrasi) - (Republika/Mgrol100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement