Mengenai Bandara Sebuai, menurut dia akan mendorong masuknya arus wisatawan ke Kawasan Industri Pariwisata (KIP) Taman Nasional Tanjung Puting. Saat ini, bandara tersebut hanya memiliki runway sepanjang 2.140 meter dan diusulkan untuk diperpanjang menjadi 2.500 meter. Sedangkan, arus wisatawan luar negeri yang masuk ke Tanjung Puting sekitar 40 ribu orang.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, Bandara Haji Muhammad Sidik dibangun dengan anggaran senilai kurang lebih Rp 380 miliar. Ia sangat yakin keberadaan bandara tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Barito Utara pada khususnya dan Provinsi Kalimantan Tengah pada umumnya. Selain itu, bandara tersebut diharapkan dapat mendukung konektivitas untuk program Food Estate.
Ia menuturkan, Bandara Haji Muhammad Sidik dibangun dengan tujuan mendukung perdagangan yang terhubung dari Kalimantan Tengah dengan Provinsi Kalimantan Timur, yakni dari Balikpapan dan Samarinda. Begitu pula Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Barat, seperti Pontianak, bahkan hingga Surabaya, Jawa Timur, Jakarta, dan Makassar, Sulawesi Selatan. Pada dasarnya, bandara tersebut dibangun untuk melayani konektivitas masyarakat Kabupaten Barito Utara.
Bandara Haji Muhammad Sidik, menurut Menteri Perhubungan, dibangun dengan dana Rp 380 miliar, dapat menampung lebih dari 50 ribu orang dalam setahun. Ia berkomitmen meningkatkan pembangunan bandara dengan runway sepanjang 1.400 meter dan luas 30 meter itu.
“Ini, baik penumpang maupun kargo, dan aktivitas ekonomi berupa pertambangan batu bara dan emas, serta mendukung lokasi penyangga Food Estate di Kalimantan,” ujar Budi.
Seusai meresmikan Bandara Haji Muhammad Sidik, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur Sugianto Sabran, dan Bupati Nadalsyah meninjau sejumlah fasilitas di Bandara Haji Muhammad Sidik. Wapres kemudian menuju ke Arena Terbuka Tiara Batara Muara Teweh untuk meninjau langsung pelaksanaan vaksinasi Covid-19.