Ahad 28 Mar 2021 17:33 WIB

Epidemiolog: Kajian KIPI di Sulut Tergolong Ringan

Terjadinya efek samping usai vaksinasi bukan karena faktor vaksin.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Friska Yolandha
Petugas medis menyiapkan vaksin Covid-19 di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (5/3). Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono, mengatakan  terjadinya efek samping usai vaksinasi bukan karena faktor vaksin.
Foto:

Halik menambahkan, penundaan ini tidak membuat keresahan di kalangan masyarakat. Malahan itu justru membuat masyarakat mendapat informasi lebih lengkap terkait dengan risiko vaksinasi. Sejauh yang disebutkan oleh KIPI, dampak tersebut kata dia tergolong ringan.

Bahkan dari reaksi-reaksi itu, banyak ditemui pada vaksinasi biasa, misalnya pada vaksinasi anak-anak dan balita. Terkadang, mereka mengalami demam atau gejala lain. Jadi, bisa dipahami pengiriman laporan KIPI karena ada beberapa hal. Pertama prinsip kehati-hatian (precaution). Kedua, adanya langkah-langkah mitigasi, ketiga mungkin adanya perbedaan dalam komunikasi, risiko, dan strategi vaksinasinya.

“Terakhir, setiap laporan KIPI dari daerah perlu kita monitor dan cermati dengan baik. Kita semua mau vaksin aman dan efektif serta bisa diterima dengan baik di masyarkat,” ujar dia.

 

Halik menambahkan KIPI tidak ada kaitannya dengan vaksin Astrazeneca karena vaksin tersebut sudah digunakan secara luas. Di Indonesia, vaksinasi Astrazeneca baru dimulai karena baru saja tiba.  Sementara vaksinasi Astrazeneca di sejumlah tempat lain seperti Jawa Timur, Bali, dan Kalimantan Timur tidak ada laporan yang menganggu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement