Ahad 28 Mar 2021 10:59 WIB

Masa Depan MBS Usai Laporan Kematian Khashoggi

Bagaimana masa depan politik Mohammed bin Salman dengan kebijakan baru Joe Biden?

Ilustrasi Muhammad bin Salman
Foto:

Laporan ini mengungkapkan bahwa ancaman sebenarnya bagi AS di wilayah tersebut bukanlah Putra Mahkota Saudi yang memerintahkan seorang jurnalis untuk dibunuh secara brutal, tetapi desakan Arab Saudi pada kebijakan ambisius dan penuh petualangan yang melebihi kapasitas militer/industrinya. 

Mempertimbangkan visi yang dikemukakan oleh laporan Khashoggi dan pengumuman baru-baru ini untuk mengakhiri dukungan terhadap perang yang dipimpin Saudi di Yaman, kita dapat berargumen bahwa AS khawatir bahwa desakan Arab Saudi untuk mengikuti kebijakan yang terlalu ambisius dan penuh petualangan dapat menyebabkan keruntuhan rezim Saudi.

Kemerosotan dan keruntuhan rezim di Riyadh pada akhirnya dapat meroketkan biaya politik luar negeri AS, yang harus dijaga agar AS yang ingin fokus pada China, dan dapat terus melindungi kepentingannya di kawasan seperti keamanan Israel dan sumber energinya. 

Dalam hal ini, kita dapat mengatakan bahwa Biden mengambil pendekatan realis dan mencoba mengarahkan rezim Saudi ke dalam pandangan politik yang sebanding dengan kekuatannya.

Sejauh ini, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Biden lebih mementingkan nilai-nilai normatif seperti hak asasi manusia dan demokrasi dalam politik luar negerinya daripada yang dilakukan Trump. Namun, keliru jika mengharapkan Biden mendasarkan keseluruhan politik luar negerinya pada nilai-nilai normatif. 

Laporan Khashoggi, yang dipadatkan menjadi dua halaman jika tidak menghitung halaman sampul dan bagian ringkasan dan kadang-kadang menggunakan ekspresi ambigu, tampaknya menjadi petunjuk pertama bahwa wacana yang memprioritaskan nilai-nilai normatif akan digunakan Joe Biden, dan ini sifatnya pragmatis bagi kepentingan kebijakan luar negeri AS. 

Dalam keadaan saat ini, Riyadh dapat diharapkan dalam jangka pendek untuk mundur dari perang Yaman, mundur dari pelanggaran hak asasi manusia tertentu, menerapkan reformasi parsial yang bertujuan untuk mendapatkan persetujuan publik internasional, dan membebaskan pangeran yang dipenjara seperti Ahmed bin Abdulaziz dan Mohammed bin Nayef. Jadi, bukannya Amerika mendesak untuk pergantian putra mahkota. 

Namun, dipastikan bahwa Riyadh akan menghindari kebijakan ambisius dan penuh petualangan yang melebihi kapasitas militer dan industrinya sendiri dan meningkatkan biaya politik luar negeri AS, seperti dalam perang Yaman, untuk waktu yang lama. Secara khusus, AS akan dengan tegas menentang Riyadh menyusul kebijakan yang mengarah pada konflik militer langsung dengan Iran.  

Pernyataan Obama bahwa: "... mereka perlu menemukan cara efektif untuk hidup bertetangga dengan baik...", merupakan pernyataan paling eksplisit yang dibuat mengenai pandangan AS tentang arsitektur keamanan regional baru-baru ini. Pernyataan Obnama ini dapat memberikan wawasan tentang arah kebijakan AS di bawah Joe Biden di Timur Tengah termasuk kepada Arab Saudi yang memiliki ambisi politik tinggi namun tidak diimbangi dengan kekuatan militer dan ekonominya.

 

Sumber Asli: https://www.aa.com.tr/en/analysis/analysis-saudi-crown-prince-s-political-future-following-khashoggi-report/2189809

sumber : Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement