Ahad 21 Mar 2021 16:23 WIB

Survei: Anak Muda Desak Pemerintah Tangani Radikalisme 

Anak muda cenderung toleran soal religi-kultural, tetapi tidak toleran soal politik.

Rep: Mimi Kartika / Red: Ratna Puspita
Direktur Eksekutif Indikator Poitik Indonesia Burhanuddin Muhtadi
Foto: Darmawan / Republika
Direktur Eksekutif Indikator Poitik Indonesia Burhanuddin Muhtadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia menyatakan, mayoritas anak muda menilai persoalan radikalisme mendesak untuk segera ditangani pemerintah. Hal ini ditemukan dalam hasil survei kepada 1.200 anak muda terhadap isu sosial politik di Tanah Air pada Maret 2021. 

"Seberapa mendesak persoalan radikalisme untuk ditangani pemerintah? Yang mengatakan sangat mendesak atau mendesak itu 49,4 persen," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring, Ahad (21/3). 

Baca Juga

Kemudian, sebesar 41,6 persen anak muda menyatakan persoalan radikalisme harus menjadi perhatian serius pemerintah karena sangat mengancam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Sementara, 24,1 persen anak muda menilai pemerintah tidak adil terhadap umat Islam, radikalisme hanya ditujukan kepada umat Islam saja. 

Untuk itu, mereka meminta pemerintah harus mengambil tindakan lebih keras dalam upaya melawan terorisme (19,6 persen). Para anak muda juga mendorong pemerintah membuat kurikulum pendidikan agama yang toleran dan menghargai agama lain (13 persen) dan mengawasi media sosial (11,4 persen). 

Selain itu, pemerintah harus mengontrol isi pendidikan agama di Indonesia demi mencegah munculnya pemahaman agama yang ekstrem atau garis keras (6,7 persen). Pemerintah harus mengontrol isi media cetak maupun elektronik di Indonesia demi mencegah munculnya pemahaman agama yang ekstrem (5,6 persen) dan mengajak kerja sama tokoh-tokoh agama yang moderat (5,6 persen). 

Dalam hal religi-kultural, menurut Burhanuddin, anak muda cenderung toleran, mayoritas tidak keberatan jika penganut agama bukan Islam mengadakan acara keagamaan dan membangun tempat ibadah di sekitar mereka. Namun, dalam hal politik, masih banyak yang tidak toleran dan tergantung situasi tertentu. 

Terhadap pernyataan tentang keistimewaan untuk Islam sebagai kelompok agama mayoritas, sebagian besar netral (antara setuju dan tidak setuju). Lebih banyak anak muda yang cukup sering mempertimbangkan nilai agama ketika membuat keputusan penting bagi hidup (47,8 persen) dan 31.5 persen menjawab selalu/sangat sering. 

"Meskipun lagi-lagi dibanding orang tua, mereka yang mempertimbangkan nilai agama di kalangan anak muda masih sedikit lebih rendah, populasi umum masih 90-an persen yang mempertimbangkan nilai agama," kata Burhanuddin. 

Indikator Politik Indonesia melakukan survei ini pada 4-10 Maret 2021 kepada 1.200 responden berusia 17-21 tahun. Dengan situasi pandemi Covid-19, survei tersebut dilakukan melalui wawancara telepon. 

Responden berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Indikator Politik Indonesia menggunakan metode simple random sampling dengan toleransi kesalahan sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement