Senin 15 Mar 2021 13:18 WIB

Indonesia Masih Tertinggal dalam Deteksi Varian Virus Baru

Menkes mengakui tracing di Indonesia masih kurang.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) pada Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, di Jakarta, Senin (15/3).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) pada Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, di Jakarta, Senin (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, kemampuan Indonesia dalam mendeteksi varian baru virus SARS- Cov-2 masih tertinggal bila dibandingkan negara lain. Upaya percepatan mendeteksi varian baru pun dilakukan melalui kerja sama Badan Litbang Kesehatan

"Strategi untuk testing dan tracing varian baru sudah kita galakkan sejak Januari, karena dalam setahun kita baru menghasilkan 172 testing sekuensing genomik (pengurutan DNA), sehingga kalau ada varian baru sulit teridentifikasi, padahal di beberapa negara sudah 10 ribu testing setahun," katanya dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, di Jakarta, Senin (15/3).

Baca Juga

Budi mengatakan, upaya percepatan mendeteksi varian baru pun dilakukan melalui kerja sama Badan Litbang Kesehatan dan 16 laboratorium lainnya di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek/BRIN). Hasilnya, Kemenkes berhasil mendeteksi varian baru asal Inggris B117 di enam daerah di Indonesia. Dua kasus akibat penularan di Saudi Arabia dan sisanya melalui transmisi lokal.

"Kita tingkatkan dalam bentuk jaringan laboratorium dengan Kemenristek/Brin di 8 Januari 2021, sehingga jaringan meningkat dan testing genom sekuensing meningkat," katanya.

Berdasarkan hasil tindak lanjut terhadap potensi penyebaran virus B117, kata Budi, seluruhnya telah terkonfirmasi negatif. "Kita sedang perketat dan memperbanyak sampel genom sekuensing dengan memanfaatkan seluruh jaringan laboratorium yang ada di kami dan Kemenristek," katanya.

Budi menambahkan upaya lainnya dalam meminimalisasi laju kasus penularan Covid-19 dengan cara mengintensifkan penggunaan rapid antigen sesuai rekomendasi Lembaga Kesehatan Dunia WHO. Kegiatan itu ditargetkan satu per 1.000 penduduk atau setara 40 ribu penduduk per hari. Hasilnya diupayakan keluar kurang dari 24 jam. 

Baca juga : Kemenkes: Stok Vaksin untuk Manula dan Pelayan Publik Aman

"Kita sudah keluarkan Permenkes mengenai penggunaan rapid antigen sesuai rekomendasi WHO," katanya.

Untuk target pendeteksian secara dini penyakit sebanyak 15-30 kontak erat per kasus terkonfirmasi harus diidentifikasi dalam 72 jam. Untuk mencapai target itu, Kemenkes menjalin kerja sama dengan 80 ribu personel Babinsa dan Bhabinkamtibmas di seluruh desa/kelurahan.

"Kita sadari tracing kita kurang sekali. Rekomendasi WHO dibutuhkan 30 orang per 100 ribu atau sekitar 80 ribu tracer dibutuhkan sejak kemarin. Kita kerja sama dengan TNI-Polri mendidik tenaga Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Sekarang sedang dijalankan di puskesmas," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement