Jumat 12 Mar 2021 17:29 WIB

Eijkman: Percepat Vaksinasi Sebelum Mutasi Kian Banyak

Kepala Eijkman mendorong mereka yang punya kesempatan divaksinasi jangan menolak.

Vaksinator bersiap melakukan vaksinasi Covid-19 di Pasar Baru Trade Center, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Senin (8/3). Sedikitnya 300 pedagang menerima vaksin Covid-19 Sinovac dosis pertama pada pelaksanaan vaksinasi tahap kedua di Kota Bandung yang ditujukan bagi lansia dan petugas publik seperti aparatur sipil negara (ASN), anggota TNI dan Polri, pedagang pasar, pekerja seni, pekerja pariwisata dan sejenisnya. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Vaksinator bersiap melakukan vaksinasi Covid-19 di Pasar Baru Trade Center, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kota Bandung, Senin (8/3). Sedikitnya 300 pedagang menerima vaksin Covid-19 Sinovac dosis pertama pada pelaksanaan vaksinasi tahap kedua di Kota Bandung yang ditujukan bagi lansia dan petugas publik seperti aparatur sipil negara (ASN), anggota TNI dan Polri, pedagang pasar, pekerja seni, pekerja pariwisata dan sejenisnya. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Prof. Amin Soebandrio mengatakan program vaksinasi Covid-19 perlu dipercepat sebelum virus SARS-Cov2 penyebab penyakit tersebut bermutasi semakin banyak. Amin pun mendorong mereka yang punya kesempatan divaksin tidak menolaknya.

"Sebelum virus ini berubah bentuk, sistem kekebalan tubuh kita harus dibentuk," kata Amin pada talkshow tentang pemantauan genomik varian baru SARS-Cov2 di Indonesia yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan terkait munculnya mutasi virus corona, ada rekomendasi agar sedapat mungkin vaksinasi diselesaikan lebih cepat sebelum virusnya bermutasi.

"Kita mendorong mereka yang sudah punya kesempatan divaksinasi jangan ditunda, jangan ditolak. Maka vaksinasi lah," katanya.

Vaksinasi, menurut dia, tidak serta merta menghentikan pandemi dan bukan berarti setelah divaksin tubuh akan kebal terhadap virus. Munculnya varian baru dari Covid-19 menjadi dorongan agar tetap harus menerapkan protokol kesehatan.

"Ada kemungkinan sudah divaksin masih tetap terkena Covid-19, bisa jadi varian baru. Yang harus kita lakukan untuk mencegah ini, apapun variannya perlakuannya sama, protokol kesehatan harus diterapkan," tegasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement