REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengagumi langkah yang diambil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Erzaldi Rosman dalam menangani pandemi Covid-19 di Babel. Hal tersebut dikatakan saat menjadi moderator Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana 2021 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (9/3).
"Wah, Bapak Gubernur bisa memproyeksikan permasalahan kesehatan dunia ini jauh kedepan, salah satunya dengan langsung melibatkan (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) BPKP dan (Bank Indonesia) BI," Ujar Wiku.
Gubernur Erzaldi Rosman yang hadir sebagai pembicara dalam Rapat Koordinasi tersebut mengatakan setiap daerah memiliki karakteristik masing masing untuk menyelesaikan permasalahan Covid-19.
Seperti yang disampaikan Presiden RI, Joko Widodo pada pembukaan acara Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana 2021 pada 4 Maret 2021 lalu, bahwa tidak ada contoh atau pembanding untuk menangani permasalahan Covid-19. Situasi ini merupakan cobaan bagi para pemimpin daerah untuk mengurai benang kusut ini.
Menelisik hal tersebut, Bang ER sapaan akrabnya mengeluarkan kebijakan yang mampu mempertahankan ekonomi sekaligus mengutamakan kesehatan masyarakat. “Kuncinya kerja sama dan saling berkoordinasi, bahkan BPKP dan BI saya ajak bersama dalam mengambil keputusan dari awal ketika sektor kesehatan terganggu. Saya berusaha menyeimbangkan semua sektor termasuk ekonomi,” ujar Gubernur Erzaldi.
Seperti diketahui, diawal pandemi, Provinsi Babel tidak memiliki alat Polymerase Chain Reaction (PCR), sehingga tracing terhambat dan memicu penyebaran virus yang tak terbendung. Namun, Pemprov Babel mengambil langkah cepat untuk membeli alat PCR.
“Mesin ini harganya luar biasa mahal, banyak faktor yang harus dipikirkan untuk membeli barang ini. Termasuk perubahan anggaran, namun saya percaya dengan tim. Semua sektor saya ajak untuk mengambil keputusan pembelian alat ini,” jelasnya.
Ternyata benar saja, keputusan yang diambil ini ternyata tepat. Ketika masih banyak daerah yang masih kesulitan untuk melakukan tracing, karena terhambat permasalahan alat PCR. Babel sudah naik level dalam menangani pandemi ini. Langkah selanjutnya yaitu dengan mengkategorikan wilayah zona hijau, kuning, dan merah agar ekonomi tetap dapat dihidupkan di zona aman.
“Syukurnya masyarakat kita saling bergotong royong untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat,” tambahnya.
Dalam membenahi sektor ekonomi, orang nomor satu di Babel itu juga terus berupaya untuk berkoordinasi dengan bebagai pihak sehingga menghasilkan keputusan untuk melakukan pengajuan relaksasi sektor pertambangan ke Pemerintah Pusat.
"Kami minta Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sektor pertambangan agar dilonggarkan supaya bisa melakukan ekspor, kendati demikian kita harus tetap sesuai dengan regulasi yang berlaku. Alhamdulilah, keputusan ini membuahkan hasil, sekarang posisi pertumbuhan ekonomi Babel berada pada posisi Ke-2 Se-Sumatra setelah Jambi," tegasnya.
Pengambilan kebijakan selanjutnya adalah pembentukan Pos Komando (Posko) penanganan Covid-19 dalam rangka pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di tingkat Desa dan Kelurahan pada 15 Februari 2021.
Seperti halnya PPKM skala mikro, Posko Covid-19 desa/kelurahan adalah tempat beserta perangkat pelaksana yang menjadi pusat perencanaan, koordinasi, pengendalian, dan evaluasi kegiatan penanganan Covid-19 di suatu wilayah melalui fungsi pencegahan, penanganan, pembinaan, dan pendukung yang kami beri nama Kampung Tegep Mandiri.
"Ketika Kampung Tegep Mandiri ini diberlakukan, hampir relatif tidak ada yang terpapar, meskipun ada yang terpapar dipastikan masih dibawah 5 orang," jelasnya.