Trisno (60), petani di wilayah Kecamatan Kesugihan mengaku pedagang di wilayahnya hanya bersedia membeli padi hasil panennya dengan harga Rp 3.800 untuk GKP. "Saya biasanya memang langsung menjual hasil panen, langsung pada saat panen. Hanya menyisakan sebagian, untuk kebutuhan beras di rumah," katanya.
Terkait harga gabah yang anjlok sekarang ini, dia sempat berfikir untuk mengeringkan dulu gabah hasil panennya, dan baru menjualnya sebulan atau dua bulan setelah panen. "Tapi setelah saya pikir-pikir, lebih baik langsung dijual saja karena saya khawatir, harga selama beberapa bulan ke depan justru akan semakin anjlok," jelasnya.
Dia menyebutkan, saat ini baru awal musim panen. Meski sebagian besar petani di wilayah Cilacap timur sudah memasuki musim panen, namun untuk petani di wilayah Cilacap barat baru akan panen Bulan April 2021 mendatang. Belum lagi petani di sentra-sentra pertanian lain, yang juga diperkirakan baru memasuki musim panen pada April 2021.
"Sekarang, baru memasuki awal musim panen raya. Kalau saya tahan tidak dijual dulu, takutnya harganya ke depan justru makin anjlok karena sudah memasuki musim panen raya," jelasnya.
Kepala Gapoktan Sumber Rejeki Desa Notog Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, Rochim, mengakui anjloknya harga gabah pada awal musim panen raya ini. Dia menyebutkan, anjloknya harga gabah saat ini, sudah berada di bawah HPP (Harga Pembelian Pemerintah).
Sesuai SK Kemendag No 24 tahun 2020, HPP GKP adalah Rp 4.200 per kg di tingkat petani. "Jadi anjloknya harga gabah memang sudah jauh di bawah harga pembelian pemerintah," jelasnya.
Dia menyebutkan, harga gabah petani selama ini memang selalu anjlok pada saat panen. Hal ini antara lain karena penyerapan gabah hasil panen petani oleh Bulog tidak maksimal.
"Apalagi, kemarin katanya pemerintah mau impor beras 1 juta ton. Herannya, impornya kok bersamaan pada saat petani akan panen raya. Mbok ya nanti dulu, tunggu kalau harga beras memang sudah naik tinggi," katanya.