REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Presiden Moeldoko merespons tudingan yang kembali dilontarkan oleh Ketua Majelis Tinggi Partai, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY menyebut, Moeldoko berperan aktif dalam upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat.
Moeldoko mengatakan, dirinya justru tidak banyak memantau dinamika yang terjadi terhadap Partai Demokrat belakangan. Bahkan, dirinya mengira, konflik yang terjadi sudah rampung diselesaikan secara internal. Ia menyampaikan, selama empat pekan terakhir lebih sibuk menyiapkan pernikahan putrinya.
"Memang belum selesai di Demokrat? Saya pikir sudah selesai. Kan saya enggak ngikutin ya," ujar Moeldoko kepada awak media, Kamis (25/2).
Namun, mendengar namanya kembali disinggung, bahkan kali ini oleh SBY, Moeldoko meminta pihak-pihak yang terus berpolemik untuk tidak lagi menekan dirinya. Dengan nada meninggi, Moeldoko juga mengingatkan pihak-pihak yang menyerangnya bahwa dirinya mampu melakukan langkah pembelaan yang diyakininya. Ia berkeyakinan bahwa dirinya masih punya hak untuk menyampaikan apa yang diyakini.
"Jadi janganlah menekan-nekan saya. Saya diam, jangan menekan-nekan dan saya ingin mengingatkan semuanya ya. Saya ingin mengingatkan karena saya bisa sangat mungkin melakukan apa itu langkah-langkah yang saya yakini," ujar Moeldoko.
Sebelumnya, SBY mengaku yakin bahwa Presiden Joko Widodo tak terlibat dalam gerakan pengambilalihan kepemimpinan partainya. Namun, berdasarkan kesaksian para kader, ada keterlibatan aktif dari Moeldoko dalam gerakan tersebut.
"Termasuk pelibatan aktif dan langsung dari Kepala Staf Presiden Moeldoko, nyata sekali," ujar SBY lewat keterangan video yang dirilisnya, Rabu (24/2).
SBY pun menyayangkan pernyataan Menteri Kesekretariatan Negara (Mensesneg) Pratikno yang mengaku tak akan membalas surat dari Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan alasan masalah tersebut adalah persoalan internal partai. "Pendongkelan kepemimpinan Partai Demokrat itu bukan hanya masalah internal, tetapi ada pelibatan unsur eksternal dan unsur eksternal itu paling tidak adalah seorang pejabat penting di pemerintahan," ujar SBY.
Dari laporan yang diterima SBY, gerakan kudeta tersebut belum berhenti. Sebab, masih ada upaya tersembunyi yang menyasar kepengurusan daerah untuk terus melancarkan pendongkelan tersebut.
"Bahwa segelintir kader dan mantan kader pelaku GPK PD (gerakan pengambialihan kepemimpinan Partai Demokrat) masih bergerak di lapangan. Sembunyi-sembunyi, kucing-kucingan. Berarti gerakan ini masih ada," ujar SBY.
Mereka awalnya menyasar ketua DPD dan DPC Demokrat. Namun, seiring berjalannya waktu, kelompok tersebut menargetkan siapa pun yang mau bergabung diimingi imbalan dan janji-janji.
"Sangat mungkin para pelaku gerakan itu menghasut dan mengadu domba antara pimpinan DPP Partai Demokrat dengan para ketua DPD dan ketua DPC," ujar SBY.
Demokrat, SBY mengatakan, tak dijual dan tidak bisa dibeli oleh siapa pun. Bila ada kader yang terbukti melakukan gerakan pengambilalihan kepemimpinan Demokrat, ia tegas akan mengusirnya.
"Bagi orang luar yang punya ambisi untuk merebut dan membeli Partai Demokrat, saya katakan dengan tegas dan jelas, Partai Demokrat not for sale. Partai kami bukan untuk diperjualbelikan," ujar SBY.