Rabu 24 Feb 2021 20:36 WIB

SBY Tegaskan akan Usir Kader yang Khianati Demokrat

SBY menegaskan, akan pecat kader Demokrat yang terlibat upaya kudeta AHY.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bayu Hermawan
Tangkapan layar video Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menanggapi adanya gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat.
Foto: Tangkapan Layar
Tangkapan layar video Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menanggapi adanya gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bahwa partainya tak dijual dan tidak bisa dibeli oleh siapa pun. Bila ada kader yang terbukti melakukan gerakan pengambilalihan kepemimpinan Demokrat, ia tegas akan mengusirnya.

"Segelintir kader atau mantan kader itu masih bergentayangan mencari mangsa ke kanan dan ke kiri. Katanya, ada juga yang bertindak sebagai EO (event organizer). Hadapi dengan sikap yang tegas, usir orang-orang itu," ujar SBY dalam sebuah video yang dirilisnya, Rabu (24/2).

Baca Juga

Pengurus Demokrat diingatkannya untuk tetap sesuai kontistusi dan hukum dalam mengeluarkan kader yang terbukti melakukan kudeta. Meski pihaknya disebut sering mendapatkan ketidakadilan.

"Dalam melawan kemungkaran, janganlah digunakan cara-cara yang sama mungkarnya. Meskipun sering tidak mudah mendapatkan keadilan, tetaplah kita menjadi pihak yang menghormati konstitusi hukum dan tatanan yang berlaku," ujar SBY.

Ia menyayangkan adanya kader yang berusaha merusak Demokrat dari dalam. Oknum-oknum yang dinilainya hanya unjuk gigi setiap lima tahun sekali menjelang pelaksanaan kongres.

"Saya akan tetap bersama Partai Demokrat dalam jatuh bangunnya partai ini. Insya Allah sepanjang hayat dikandung badan, saya akan tetap menjadi kader Partai Demokrat dan akan menjadi benteng dan bhayangkara partai ini," ujar SBY.

Demokrat, kata SBY, bukanlah partai yang kaya raya dari segi materi. Meski begitu, bukan berarti partai yang pernah dipimpinnya itu dapat dibeli oleh orang yang haus akan kekuasaan.

Namun, jika gerakan tersebut berhasil, ia menilai, ada krisis demokrasi yang besar di Indonesia. Sebab, ada harta dan kekuasaan yang berusaha memimpin Demokrat dengan cara yang tidak etis.

"Hal begitu tentu sangat mencederai rasa keadilan. Kalau keadilan diinjak-injak, jangan harapkan ada kedamaian, no justice no peace," ujar SBY.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement