Haeru mengungkapan, kejadian paus pilot saat ini dikategorikan kode 1 yaitu ada yang masih hidup dan kode 2 yaitu baru saja mati. Prinsip penanganannya adalah triase, yaitu menyelamatkan yang hidup terlebih dulu dan melakukan penanganan dengan cara menguburkan yang mati.
"Saat kejadian 52 ekor paus ditemukan mati, air laut sedang surut dan dasar pantai yang berpasir sehingga menyulitkan upaya evakuasi penyelamatan paus yang hidup," kata Haeru.
Haeru menyampaikan tim mengumpulkan paus yang hidup berjumlah tiga ekor dan melepaskan ke laut dengan cara mengelompokkan dengan jarak tertentu. Bangkai paus akan dikubur di daerah yang aman. Tim akan mengupayakan mengangkut paus-paus tersebut dengan bantuan peralatan eskavator dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang ada dan dibantu masyarakat setempat.
"Polisi dan TNI mengupayakan langkah-langkah pencegahan dengan mengimbau masyarakat tidak mendekati bangkai paus karena berpotensi ada penyakit yang menular ke manusia. Masyarakat juga diimbau tidak mengonsumsi karena akan berdampak pada perpindahan penyakit ke manusia," kata Haeru.
Ahli biologi spesialisasi cetacea, Danielle Kreb menyampaikan, kejadian paus pilot massal juga sering terjadi di Selandia Baru sejak dulu. Penyebab bisa getaran tektonik, badai solar atau penyakit yang menyerang satu atau lebih anggota dan membawa mereka ke perairan pesisir karena mereka hidup di laut dalam. "Penyebab perlu dipastikan oleh nekropsi," ucap Danielle.