Bambang menegaskan, GeNose C19 tak hanya buatan Indonesia, namun juga inovasi asli Indonesia. Sebab proses dari pembuatan hingga penyelesaian dilakukan di Tanah Air. GeNose C19 juga menggunakan artificial intelligent sehingga jika semakin banyak digunakan maka akan semakin akurat karena data yang diperoleh semakin beragam.
Kendati demikian, Bambang menekankan, dukungan pemerintah terhadap GeNose C19 bukan untuk membandingkan keunggulan dengan tes polymerase chain reaction (PCR). Sebab, PCR lebih digunakan untuk diagnosis. Sedangkan GeNose C19 digunakan untuk screening (pengecekan awal) orang positif Covid-19.
GeNose C19, kata dia, selain untuk di tempat wisata juga dapat digunakan di pusat perbelanjaan. Saat ini, pengelola pusat perbelanjaan menggunakan cek cuhu sebagai metode screening. Hal itu tentu tidak menjamin karena tingginya suhu tubuh manusia bukan berarti mengidap Covid-19.
Sebaliknya, orang yang tertular Covid-19 bisa jadi tidak memiliki suhu tinggi seperti orang tanpa gejala. "Jadi tidak usah cek temperatur, langsung GeNose saja," katanya.