REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengatakan, Pemerintah Kota Makassar tetap akan menggunakan GeNose untuk mendeteksi COVID-19. Meskipun sejumlah daerah sudah menghapus penggunaan alat itu.
"Keputusan Pemkot Makassar tetap menggunakan GeNose untuk mendeteksi COVID-19 pada seseorang, karena alasan anggaran," kata Ramdhan Pomanto di Makassar, Senin (5/7).
Menurut dia, dengan penggunaan GeNose saat mendeteksi seseorang, lebih bisa menghemat anggaran dibandingkan jika menggunakan rapid test antigen maupun PCR. Dengan penggunaan GeNose, lanjut dia, pihaknya bisa lebih banyak dalam pengadaan.
Apabila semua pendeteksian menggunakan antigen, maka dikhawatirkan anggaran tidak mencukupi. Sebagai gambaran, harga GeNose di pasaran hanya Rp30 ribu, sementara untuk rapid test antigen dan PCR bisa menghabiskan anggaran Rp150 ribu hingga Rp 1 juta untuk sekali tes.
"Bayangkan, bedanya harga antara GeNose, antigen, dan PCR," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, apabila ada warga yang terdeteksi terpapar COVID-19 setelah tes dengan menggunakan GeNose, barulah akan diarahkan tes lanjutan untuk rapidtest antigen maupun PCR. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemkot Makassar telah meluncurkan satgas detektor yang akan menjadi garda terdepan dalam pencegahan dan menekan penyebaran COVID-19 di Kota Makassar.
Menanggapi penggunaan GeNose itu, salah seorang warga Kota Makassar, Mudassir mengatakan, biaya GeNoselebih ringan bagi masyarakat saat akan melakukan perjalanan dengan armada laut dan udara. Karena itu, ia berterima kasih Pemkot Makassar masih mau memberlakukan dan menggunakan GeNose untuk mendeteksi COVID-19. Ini dinilai tidak terlalu membebani masyarakat yang sudah dalam kondisi sulit pada masa pandemi COVID-19.