Rabu 17 Feb 2021 18:10 WIB

Budi Gunadi Yakin Keterisian RS Turun karena Kasus Berkurang

Budi tepis pendapat penurunan kasus Covid-19 karena menurunnya tes yang dilakukan.

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau vaksinasi COVID-19 massal bagi pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Rabu (17/2). Vaksinasi menjadi upaya pemerintah memerangi pandemi. Budi juga mengatakan saat ini sudah terjadi tren penurunan kasus Covid-19.
Foto:

Kemarin, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) membantah pendapat pemerintah yang menyebutkan sudah terjadi penurunan keterisian tempat tidur dan ICU di rumah sakit yang merawat pasien Covid-19. Kementerian Kesehatan pun angkat bicara. Kementerian mengklaim penurunan BOR atau bed occupancy ratio terjadi di semua RS, baik rujukan maupun yang bukan rujukan Covid-19.

"Misalnya BOR RS di Jakarta pernah mencapai 84 persen dan sekarang tinggal 60-70 persen. Artinya turun kan? Penurunan BOR ini di rumah sakit rujukan dan non-rujukan," ujar Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir saat dihubungi Republika, Rabu (17/2).

Penurunan hunian tempat tidur ini, dia menambahkan, membuat Jakarta yang awalnya berstatus zona merah kini turun menjadi zona kuning. Terkait pernyataan Persi, Kadir mengaku tidak tahu dan tak mau berkomentar banyak. Yang jelas, dia menambahkan, keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 berkurang.

"Kami kan punya datanya, intinya semua keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 di rumah sakit turun," ujarnya.

Bahkan, pihaknya juga menyediakan aplikasi Sistem Informasi Rawat Inap (Siranap) yang menyajikan informasi ketersediaan tempat tidur di rumah sakit secara real time. Sehingga, dia melanjutkan, kalau masyarakat ingin tahu keterisian tempat tidur bisa membuka aplikasi Siranap.

"Bisa dicek di situ untuk transparansi," katanya.

Sebenarnya, dia melanjutkan, penurunan BOR RS juga bisa dilihat dari tren kasus harian. Kini, Kadir menjelaskan, kasus harian Covid-19 antara 6 ribu hingga 8 ribu. Pihaknya mengasumsikan 20 persen dari kasus harian memerlukan perawatan rumah sakit dan dirawat.

"Sementara sekarang kan kasus harian turun, kasus positif juga turun. Jadi rumah sakit tenang, bisa sedikit bernapas," ujarnya.

Ia menambahkan, penurunan BOR di rumah sakit membuat banyak faskes yang kosong. Ia berharap penurunan hunian rumah sakit ini bisa seterusnya.

Sebelumnya Sekretaris Jenderal Persi Lia G Partakusuma mengatakan, awalnya jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 sekitar 940 dan tempat tidur yang tersedia jumlahnya sekitar 44.861. Kemudian, rumah sakit lain juga membuka perawatan untuk Covid-19. Ini menyusul instruksi dari Kementerian Kesehatan untuk menambah tempat tidur. Dengan tambahan RS ini, kini jumlah RS yang menangani Covid-19 mencapai 2 ribuan dan tempat tidur yang tersedia berkisar sampai 66.712.

"Dengan ditambahnya RS dan tempat tidur ini memang mengakibatkan ada sedikit penurunan pasien dan yang menyebabkan  penurunan pasien di RS. Tetapi itu hanya terjadi di rumah sakit bukan rujukan Covid-19," katanya di konferensi virtual BNPB bertema Update RS Darurat Wisma Atlet: Dampak PPKM terhadap Tingkat Hunian Rumah Sakit, Selasa (16/2).

Artinya, pasien memang longgar di rumah sakit selain rujukan Covid-19 yang memiliiki ruang isolasi. Sementara itu, dia melanjutkan, rumah sakit rujukan Covid-19 yang memiliki ICU saat ini masih penuh, terutama di Jawa. Bahkan, ia menyebutkan keterisian tempat tidur di ruang ICU di beberapa tempat seperti di Bekasi dan Jakarta masih diatas 60 persen.

Hari ini namun kembali terdapat penambahan jumlah kasus harian yang tinggi. Bila kemarin, Satgas Penanganan Covid-19 merilis ada penambahan 10.029 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Hari ini terdapat penambahan 9.687 kasus positif Covid-19.

Angka ini jelas menunjukkan kenaikan, setelah selama lebih dari sepekan kasus harian Covid-19 tak pernah tembus 10.000 orang. Bahkan dalam tiga hari sebelumnya, kasus harian bertahan di angka 6.000-an orang.

photo
Mengungkap asal muasal virus Covid-19. - (AP/Reuters)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement