Rabu 17 Feb 2021 00:58 WIB

Bongkar Mafia Tanah, Polda Metro Jaya Bentuk Tim Khusus

Salah satu fokus tim khusus ini adalah mengungkap kasus tanah Dino Patti Djalal.

Barang bukti dokumen kasus mafia tanah yang menggunakan surat palsu. Ilustrasi
Foto: Antara/Reno Esnir
Barang bukti dokumen kasus mafia tanah yang menggunakan surat palsu. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polda Metro Jaya membentuk tim khusus membongkar sindikat mafia tanah yang kerap berpraktik di wilayah DKI Jakarta. Tim tersebut juga melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

"Tim itu terdiri dari penyidik Ditkrimum Polda Metro jaya dan satgas mafia tanah dan BPN pusat," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus di Polda Metro Jaya, Selasa (15/2).

Baca Juga

Yusri mengatakan salah satu fokus tim khusus tersebut saat ini mengungkap kasus tanah Penasihat Kemenparekraf Dino Patti Djalal.

"Ini jadi bahan perhatian dari Pak Kapolda untuk segera membentuk tim dan saat ini sudah bergerak. Kami mohon kesabaran teman-teman semua untuk bisa mengungkap kasus ini," tambahnya.

Kasus penggelapan sertifikat tanah milik ibunda Dino Patti Djalal itu berawal ketika pada Januari 2021 kuasa hukum Fredy Kusnadi datang ke rumah Yurmisnawita untuk memproses balik nama Sertifikat Hak Milik No. 8516 di Cilandak Barat milik Yurmisnawita menjadi milik Fredy Kusnadi.

Padahal, Yurmisnawita tidak pernah menjual rumah tersebut. Namun pada 2019, rumah tersebut sempat akan dijual kepada orang mengaku bernama Lina. Saat itu, Lina menghubungi Yurmisnawita dengan membawa calon pembeli bernama Fredy Kusnadi.

Yurmisnawita menolak karena pemilik asli rumah, Zurni Hasyim Djalal, tidak mau menjualnya. Zurni Hasyim Djalal adalah pemilik tanah dan bangunan berupa rumah di Cilandak Barat berdasarkan SHM no. 8516 atas nama Yurmisnawita.

"Benar juga bahwa sertifikat tanah tersebut telah balik nama atas nama Fredy Kusnadi dari hasil pengecekan ke BPN. Karena pelapor (Yurmisnawita) maupun pemilik sertifikat asli, tidak tahu kalau surat tersebut dipalsukan, maka penyelidikan akan terus dilanjutkan. Sudah empat saksi yang diambil keterangan dan dikoordinasikan dengan BPN," ujar Sub Direktorat Harta dan Benda (Subdit Harda) di Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Dwiasi Wiyatputera.

Para tersangka ini diduga melakukan tindak pidana penipuan dan atau penggelapan dan atau pemalsuan dan atau menempatkan keterangan palsu ke dalam akta otentik dan atau pencucian uang.

Itu sebagaimana dimaksud dalam pasal 378 KUHP dan atau pasal 372 KUHP, dan atau pasal 263 KUHP dan atau pasal 266 KUHP dan atau pasal 3,4,5 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement