REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Indonesia memiliki total luas lahan pertanian 42 hektare dengan jumlah produksi pupuk lokal mencapai 12 juta ton per tahun. Tetapi, total luas lahan dengan total produksi pupuk di Indonesia belum sebanding, dan sering mengakibatkan kelangkaan pupuk di level petani.
Selain itu, masyarakat selama ini hanya mengenal dua jenis pupuk yakni kimia dan organik, di mana keduanya tidak dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Maka pupuk batubara bisa menjadi solusi atas kekurangan suplai pupuk tersebut.
Menurut Wakil Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertaniana Indonesia (Perhepi), Bustanul Arifin, potensi terjadinya kelangkaan pupuk pada tahun 2021 masih cukup besar, karena perbedaan yang signifikan antara kebutuhan dengan alokasi yang diberikan pemerintah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produk domestik bruto (PDB) pada Kuartal II tahun 2020 minus hingga 5,32 persen. "Semua sektor dilaporkan rata-rata mengalami pertumbuhan minus, kecuali pertanian, infokom dan pengadaan air. Sektor pertanian bahkan mencatatkan pertumbuhan positif hingga 16,24 persen," kata Bustanul dalam siaran pers, Senin (15/2).
Kontribusi pertanian, kehutanan, perikanan juga mencatatkan pertumbuhan PDB positif terbesar kedua, yakni 14,68 persen. Hanya di bawah industri pengolahan, yang berkontribusi 19,86 persen, tapi pertumbuhannya terkontraksi 4,31 persen year-on-year (yoy). Hal ini menunjukkan pertanian sebagai sektor yang relatif mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kuartal II tahun 2020.
Dengan tingginya kebutuhan pupuk untuk lahan pertanian di Indonesia, PT Casagro Futura Pratama akan membangun pupuk karbon dengan bahan baku batubara yang berdomisili di Klaten, Jawa Tengah.
Pada bulan Desember 2020, PT Casagro Futura Pratama telah diberikan hak eksklusif dari pemilik paten untuk dapat mendirikan pabrik pupuk batubara di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan sekaligus mendistribusikan produk batubara tersebut di 6 Kabupaten wilayah Karesidenan Surakarta.
"Dengan dibangun pabrik pupuk batubara ini akan meningkatkan kesejahteraan para petani Indonesia karena produk batubara ini merupakan produk terobosan yang inovatif di bidang pertanian yang akan meningkatkan hasil produksi para petani di berbagai macam tanaman pangan. Di sisi lain penggunaan batubara sebagai pupuk merupakan jawaban atas keinginan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah batubara yang selama ini hanya digunakan sebagai bahan bakar," kata Director & Founder Casagro Group Vito Tjahyadi.
Dari hasil percobaan selama satu tahun terakhir, pupuk batubara telah terbukti dapat meningkatkan hasil panen. Sebagai contoh misal pada tanaman padi dapat meningkatkan produksi sebesar 23,5 persen, meningkatkan pendapatan bersih Rp 5,5 juta per 1,35 hektare dibandingkan budidaya tanpa menggunakan pupuk batubara.
Meskipun ada kekurangan suplai yang begitu besar, jumlah pemain di industri pupuk tidak bertambah secara signifikan karena terkendala entry barrier terlalu tinggi, kelangkaan supply bahan baku pupuk, serta sumber daya manusia (SDM) yang terpusat di desa. Oleh karena itu, PT Casagro Futura Pratama mengajak para investor anyar LandX dan masyarakat luas untuk membantu sektor pertanian lokal sekaligus memiliki saham dari perusahaan yang memiliki potensi sangat besar pada tahun-tahun mendatang.
"Kebutuhan investasi pabrik pupuk batubara di Klaten dengan kapasitas produksi 800 ton per bulan adalah sebesar Rp 7 miliar dan saham yang ditawarkan ke masyarakat mencapai 90 persen. Proyeksi dividen yang akan didapatkan oleh pemegang saham dapat mencapai 25 persen pada tahun pertama dan 60 persen pada tahun kedua, bahkan lebih dari 100 persen untuk tahun ketiga dan seterusnya, karena kebutuhan dari sektor pertanian yang semakin meningkat dan akan berbanding lurus dengan pendapatan berulang. Perusahaan penerbit sudah melakukan penetrasi pasar dan edukasi sehingga confidence bahwa tahun pertama sudah mendapatkan dividen," kata Vito.