Senin 08 Feb 2021 15:08 WIB

Covid-19 di DKI: Klaster Keluarga Tinggi, Disiplin 3M Turun

Jumlah harian positif Covid-19 di DKI Jakarta mencetak rekor baru dengan 4.213 kasus.

Kegiatan tenaga kesehatan di RS Darurat, Wisma Atlet, Jakarta.
Foto:

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada akhir pekan lalu, mengingatkan potensi terjadinya lonjakan kasus Covid-19 usai libur Imlek pada Jumat, 12 Februari 2021 yang otomatis membuat libur panjang akhir pekan. Anies menyebut, kewaspadaan ini muncul lantaran berkaca dari beberapa kali pengalaman libur panjang sebelumnya.

"Ada satu hal yang saya perlu sampaikan di sini bahwa setiap selesai akhir pekan yang panjang, masa liburan, kasus Covid-19 selalu naik pada periode satu-dua minggu sesudah liburan itu. Pekan depan kita akan ada akhir pekan panjang perayaan Imlek," kata Anies dalam video yang diunggah di akun Youtube Pemprov DKI Jakarta, Jumat (5/2).

"Karena itu saya mengimbau kepada kita semua untuk memilih berada di rumah, berada di Jakarta, tidak bepergian ke luar kota," sambungnya menjelaskan.

Selain itu, ia juga meminta masyarakat untuk tidak berlama-lama berada di dalam mobil yang dapat menyebabkan potensi penularan virus corona antaranggota keluarga sangat tinggi. Kemudian, Anies mengimbau masyarakat untuk menahan diri agar tidak mengunjungi tempat-tempat keramaian.

"Intinya adalah sebisanya di rumah saja. Sebisanya terus kita menjauhi aktivitas-aktivitas yang banyak orang dan hanya bepergian bila ada kebutuhan yang mendasar dan mendesak," jelas dia.

Pada hari ini Anies menyatakan, bahwa krisis kesehatan akibat Covid-19 membutuhkan keserasian kebijakan yang tepat di tingkat makro (pemerintah) dan perilaku mikro (masyarakat). Jika hanya kebijakan yang tepat tapi tidak diiringi dengan perilaku mikro yang benar, maka hasilnya tidak akan ada.

"Sebaliknya, jika langkah mikro, individual benar, tapi tidak ada kebijakan makro yang tepat, maka pandemi ini akan sulit dikendalikan," kata Anies pada Konvensi Nasional Media Massa dengan tajuk "Pers Nasional Bangkit Dari Krisis akibat Covid-19 dan Tekanan Disrupsi Digital" dalam menyambut Hari Pers Nasional (HPN) secara virtual, Senin (8/2).

Hal ini, kata Anies, karena pandemi Covid-19 ini berbeda dengan bencana lain seperti menghadapi tsunami, gempa, bencana gunung meletus, atau ketika hujan hingga sungai meluap. Sehingga, butuh penanganan krisis yang berbeda.

"Bencana itu, peristiwanya terjadi sekali, sesudah itu dampaknya dikelola. Kali ini, peristiwanya terjadi terus menerus dan kita belum tau ujungnya kapan dan bagaimana, untuk kita kendalikan ini maka dibutuhkan langkah bersama di tingkat makro yakni kebijakan dan langkah bersama di tingkat mikro pribadi terjadi," katanya.

Untuk hal tersebut bisa berlangsung, kata Anies, harus ada kesamaan kesadaran, ada kesetaraan pengetahuan, ada pemahaman yang tepat dan siapa yang bisa memainkan peran itu.

"Kemudian teman-teman pers memiliki kesempatan untuk memiliki peran membangun kesadaran. Karena inilah yang kemudian bisa memunculkan bagaimana saya pakai masker, jaga jarak, itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman kita dan hari ini media menjadi instrumen yang luar biasa penting," tutur Anies.

photo
Indonesia dan Negara-Negara dengan 1 Juta Kasus Covid-19 - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement