Jumat 05 Feb 2021 10:39 WIB

Satgas Optimistis PPKM Berdampak Signifikan Atasi Covid-19

Data PPKM dalam 2 Minggu terakhir, kasus aktif masih menunjukkan tren flukttuatif

Pekerja berjalan di JPO  halte transjakarta saat jam pulang kerja di Halte Transjakarta Harmoni, Jakarta, Kamis (21/1).Pemerintah pusat melalui Ketua Komite Penanganan Covid-19  dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto berencana akan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali dari tanggal 26 Januari hingga 8 Februari 2021 akibat kasus Covid-19 masih tinggi di beberapa daerah. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja berjalan di JPO halte transjakarta saat jam pulang kerja di Halte Transjakarta Harmoni, Jakarta, Kamis (21/1).Pemerintah pusat melalui Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto berencana akan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali dari tanggal 26 Januari hingga 8 Februari 2021 akibat kasus Covid-19 masih tinggi di beberapa daerah. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Perkembangan terkini pada kasus positif Covid-19 per 4 Februari 2021 terjadi penambahan pasien terkonfirmasi positif sebanyak 11.434 kasus dengan jumlah kasus aktif 175.068 kasus atau persentasenya 15,5 persen dibandingkan rata-rata dunia 24,76 persen. Jumlah kesembuhan sebanyak 917.306 kasus atau 81,7 persen dibandingkan rata-rata dunia 73,07 persen. Pada kasus meninggal sebanyak 31.001 kasus atau 2,8 persen dibandingkan rata-rata dunia 2,17 persen. 

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengajak masyarakat melihat analisis data dampak dari kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Hal itu disampaikan saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (4/2) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. 

"Penting untuk memahami data dengan analisis yang mendalam. Karena hasil analisis data yang tajam, dapat menjadi dasar pembuatan kebijakan yang efektif dan tepat sasaran," jelasnya. 

Hasil analisis data dari PPKM dalam 2 Minggu terakhir, pada kasus aktif masih menunjukkan tren yang fluktuatif, namun grafiknya terlihat melandai. Perbandingannya, pada 2 minggu pertama Januari 2021 atau sebelum PPKM, terdapat selisih sebesar 1,76 persen. Sedangkan pada 2 minggu periode PPKM, selisih kasus aktif sebesar 0,45%. 

Lalu, melihat perkembangan tren keterisian tempat tidur ruang isolasi rumah sakit rujukan Covid-19 secara nasional, maka terjadi penurunan persentase keterisian yang cukup drastis sejak awal pelaksaanaan PPKM hingga 31 Januari 2021. Selisihnya, pada 2 minggu pertama Januari, sebesar 0,72 persen. Sedangkan setelah PPKM, penurunannya jauh lebih besar menjadi 8,1 persen. "Bahkan angka ini hampir 12 kali lipat dari selisih sebelumnya," imbuh Wiku. 

Baca juga : Peneliti: Tidak Pernah Ada Orang Meninggal karena Divaksin

Pada perkembangan tren keterisian tempat tidur di ruang ICU, terdapat perbedaan dari 2 indikator sebelumnya. Keterisian tempat tidur di ruang ICU, memperlihatkan tren yang cukup stagnan, pada 2 minggu pertama Januari, dan sempat meningkat tajam pada minggu pertama PPKM atau Minggu ketiga Januari. Dan terus turun perlahan pada minggu kedua. 

Meski demikian terdapat peningkatan tajam pada hari kesembilan pelaksanaan PPKM, yaitu mencapai 69,19 persen. Namun angkanya kembali menurun menjadi 6,23 persen hingga berada di angka 62,96 persen pada akhir minggu kedua PPKM atau akhir bulan Januari. "Data menunjukkan bahwa, intervensi pemerintah dalam menambah tempat tidur di ruang isolasi dan ruang ICU rumah sakit rujukan, cukup berhasil dalam menurunkan angka keterisian tempat tidur," Wiku menekankan. 

Namun, bukan berarti hal ini menjadi alasan untuk berpuas diri. Karena melihat perkembangan kasus aktif harian belum menurun dan hanya menunjukkan pelandaian. Kesimpulannya, dari analisis data PPKM, dampak yang dirasakan yaitu melandainya kasus aktif harian. Dan hal ini dinilai belum cukup menurunkan penularan di tengah-tengah masyarakat. 

Untuk itu diharapkan PPKM yang masih berjalan hingga 2 Minggu kedepan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan disiplin sehingga dapat menekan penularan-penularan. Cara terbaik memastikannya, dengan pembatasan mobilitas dan penegakan kedisiplinan protokol kesehatan yang tegas. 

Selanjutnya, melihat perkembangan kasus positif mingguan, penambahannya terus meningkat, tidak terkecuali selama PPKM. Tetapi, secara mingguan kenaikannya lebih rendah dibandingkan sebelum PPKM, yakni sebelum PPKM sebesar 27,5 persen dan setelah PPKM kenaikannya menjadi 9,5 persen. "Namun, seharusnya pembatasan kegiatan baru bisa dikatakan berhasil apabila mampu menurunkan angka kasus positif mingguan," tegasnya. 

Baca juga : Perusahaan Farmasi Malaysia Pastikan Vaksin Sinovac Halal

Wiku lanjut menyandingkan dengan  data kepatuhan memakai masker, kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan selama PPKM. Pada kepatuhan memakai masker, jumlah kabupaten/kota menurun pada masa awal PPKM. Yaitu dari 263 kabupaten/kota menjadi 250 kabupaten/kota atau sebesar 5,2 persen. Namun, pada minggu kedua PPKM angka ini bertahan sehingga tidak ada penurunan lebih lanjut.

Hasil berbeda pada kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Sebelum PPKM Januari, jumlah kabupaten/kota meningkat dari 250 menjadi 258 kabupaten/kota atau naik 3,2 persen. Meski demikian sempat mengalami penurunan pada minggu pertama PPKM, namun kembali meningkat bahkan lebih besar mencapai 15 kabupaten/kota atau sebesar 6,2 persen. Untuk bisa berhasil, peningkatan ini harus tinggi dan konsisten.  

"Terlihat dalam 2 minggu ini (PPKM), memang ada perubahan namun belum dapat dikatakan berhasil. Namun kami optimis PPKM akan berdampak signifikan lagi pada perkembangan kasus positif serta kepatuhan protokol kesehatan apabila terus dilakukan secara disiplin oleh seluruh lapisan masyarakat," kata Wiku. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement