REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menegaskan bahwa material berwarna hitam yang terlihat di lereng bagian bawah Gunung Merapi bukan kubah lava baru. Pernyataan itu disampaikan Kepala BPPTKG, Hanik Humaida melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa, untuk meluruskan informasi keliru di media sosial yang menyebutkan adanya kubah lava baru di lereng bagian bawah Gunung Merapi.
"Meterial (gundukan) hitam yang terlihat bukan kubah lava baru," kata Hanik.
Berdasarkan hasil observasi, menurut Hanik, material hitam tersebut terlihat tidak berpijar, tak teramati adanya asap di material tersebut. Selain itu juga tidak terdapat rekahan di sekeliling material. "Kami simpulkan material tersebut adalah material vulkanik yang terbawa oleh aliran awan panas guguran," kata dia.
Sejak Gunung Merapi berstatus Siaga, BPPTKG hanya mengonfirmasi satu kubah lava baru yang selanjutnya disebut Kubah Lava 2021. Kubah lava yang muncul sejak 4 Januari 2021 ini berada di sisi barat daya puncak Merapi atau di atas lava sisa erupsi tahun 1997.
Berdasarkan pengamatan BPPTKG pada 28 Januari 2021, volume kubah lava 2021 yang sebelumnya sempat mencapai 158.000 meter kubik, menurun signifikan menjadi 62 ribu meter kubik akibat banyaknya awan panas dan guguran lava yang keluar.
Sebanyak 71 kali awan panas guguran tercatat keluar dari Gunung Merapi sejak 22 sampai 28 Januari dengan jarak luncur maksimum 3.500 meter. Luncuran awan panas terbanyak terjadi pada 27 Januari yang mencapai 52 kali dalam sehari.
BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga dengan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal lima kilometer.
Sementara apabila terjadi letusan eksplosif, lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius tiga km dari puncak."Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi aktivitas Gunung Merapi dari sumber yang terpercaya," kata dia