"Kami masih menunggu dan berharap pada Februari 2021, semuanya sudah rampung, sehingga warga akan segera meninggalkan tempat pengungsian dan mereka akan menghuni kembali rumah yang rusak ringan dan rusak sedang. Bantuan dana itu langsung kami serahkan 100 persen," kata Rifai.
Sementara itu, untuk warga yang rumahnya rusak berat, disejajarkan dengan rumah yang rusak ringan dan sedang. "Pada prinsipnya, rumah rusak berat sejajar dengan rusak ringan dan sedang. Tapi, rusak berat ini tentu menggunakan fasilitas membangun kembali, sehingga prosesnya agak lebih lama. Tawaran saya, sama pengalaman kami seperti di beberapa daerah pascagempa seperti NTB dan Palu Sulteng, kita menggunakan rumah instan," ujar Rifai.
Rifai mengatakan telah menyurat ke beberapa vendor yang memiliki pengalaman untuk melakukan pembangunan rumah terdampak gempa tersebut. "Kita sudah menyurati beberapa vendor yang sudah punya akses untuk penyelenggaraan seperti ini. Rumah instan ini lebih mudah, lebih cepat dan lebih aman. Prinsipnya, rumah instan itu terbangun lebih baik dan lebih aman, dimana nanti semua spek teknisnya sudah SNI ditambah lagi rekomendasi rumah tahan gempa," ujar Rifai.
Rumah instan tersebut bukan berdasarkan pilihan BNPB. "Tetapi, BNPB berpengalaman memberikan informasi bahwa instan ini ada beberapa jenis,.di antaranya sistem Domus dari Tata Logam, Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) dari PUPR serta Risba (rumah instan baja) dari Universitas Gajah Mada. Kami hanya mengenalkan dan ini bukan paten," katanya.