REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Yenny Octawangi makin bimbang setelah mendapat terusan informasi di nomor Whatsappnya, pertengahan Januari lalu.
Pesan tersebut berisi kabar tentang vaksin Covid-19 yang mengandung bahan-bahan haram.
Pesan seperti itu bukan kali pertama diterima oleh ibu dengan tiga anak tersebut.
Beragam kabar mulai video, foto dan tautan berita, beredar di beberapa grup Whatsapp yang dia ikuti.
Ada yang menyebut vaksin menanamkan cip di tubuh manusia, hingga menimbulkan kematian pada puluhan orang. Yenny tak tahu kebenaran atas semua informasi itu.
Tapi yang pasti, semua informasi tersebut mengubah persepsinya tentang vaksin.
“Saya khawatir dan takut kalau nanti divaksin,” kata perempuan asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kepada Anadolu Agency, Sabtu.
Informasi yang diterima Yenny bagian dari derasnya hoaks seputar vaksin Covid-19.
Selama pandemi, hoaks telah menjadi salah satu tantangan serius untuk menangani pandemi virus korona jenis baru.
Kini, saat beberapa negara termasuk Indonesia memulai program vaksinasi Covid-19, hoaks kembali menderas di berbagai media sosial.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mendokumentasikan, sejak Oktober 2020 hingga 18 Januari 2021, ada 70 hoaks soal vaksin Covid-19.
Sedangkan Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo), organisasi masyarakat sipil yang bergerak untuk melawan kabar bohong, mencatat, hoaks seputar vaksin Covid-19 mencapai 80 hoaks, sejak Maret tahun lalu hingga 23 Januari 2021.
Peningkatan jumlah hoaks.....