Senin 25 Jan 2021 09:45 WIB

Ketabahan dan Keteguhan Ibu Megawati

kisah ketabahan dan keteguhan Ibu Megawati

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pengarahan pada acara penetapan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang didukung dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 di DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Rabu (19/2).
Foto:

Ketabahan tidak hanya diajarkan dan diteladankan oleh Ibu Megawati yang mengalir dari ibunya Fatmawati sebagai aktifis ‘Aisyiyah, tetapi juga dipraktikan dalam kehidupan politik, baik ketika menjadi anak Presiden, memimpin partai maupun ketika menjadi Presiden. 

Ibu Megawati terbuka dengan perbedaan pendapat dan tidak baperan. Para loyalisnya yang berkhianat dan mendirikan partai sendiri, tidak pernah dijelek-jelekan, hingga akhirnya ada yang bergabung kembali. Ketika menjadi presiden, ia tidak melakukan balas dendam terhadap Soeharto yang telah memenjarakan ayahnya dan menindasnya ketika memimpin PDI. Menteri yang menjadi lawan politiknya tidak ditangkap dan dibiarkan ikut kompetisi dalam Pemilu secara langsung tahun 2014 hingga menjadi Presiden berikutnya. 

Sewaktu Abu Bakar Ba’asyir akan ditangkap atas perintah Presiden AS George Bush untuk diekstradisi ke Guantanamo, sebagai Presiden dengan tegas Ibu Megawati menolak permintaan tersebut. Ia mengatakan jika tiba-tiba Ba’asyir menghilang maka akan memunculkan kecurigaan dari publik. Sehingga akan menyulitkan pemerintah Indonesia. Hal itu dikemukakan saat menerima agen CIA yang didampingi Duta Besar AS untuk Indonesia Ralph L Boyce, Ahli Indonesia di Dewan Keamanan Nasional (NSC) Karen Brooks, dan juga Fred Burks (Tempo, 30/12/2004).

Permintaan Bush yang ditolak Megawati itu juga diakui Ba’asyir saat membacakan eksepsi di PN Jakarta Selatan, pada 24 Februari 2011. Awalnya Ba'asyir mengutip pernyataan Duta Besar AS ketika berpidato di Universitas Islam Negeri. "Abu Bakar akan kami usahakan supaya tak bisa lagi mengurusi organisasinya," ujar Ba'asyir ketika membacakan nota keberatannya. Ia lalu menceritakan upaya AS meminta Megawati mengizinkan ekstradisi Ba’asyir ke Guantanamo namun ditolak. "Tetapi Megawati menolak tegas sehingga makar pertama ini gagal," kata Ba’asyir (Kompas, 8/1).

Dengan demikian, tuduhan bahwa Ibu Megawati dan PDI Perjuangan memusuhi Islam atau bahkan anti Islam tidaklah benar. Sebagai pemimpin partai yang merasakan pahit manis dan asam garamnya kehidupan perpolitikan di tanah air, Ibu Megawati telah tulus mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara. 

Ibu Megawati merupakan perpaduan kelembutan hati seorang ibu dan kekerasan hati seorang perempuan yang memegang teguh jalan ideologi Pancasila. Karena itu, ia tahu kapan waktunya harus naik dan turun. Maka ketika menang Pemilu 1999 dan tidak terpilih menjadi Presiden, ia tetap tabah dan setia dengan ideologinya hingga akhirnya terjadi dinamika politik mengantarkanya menjadi Presiden. Wani ngalah luhur wekasane.

Ketika para ketua umum partai politik berebut maju sebagai calon presiden, ia justru menyodorkan nama lain. Padahal amanat Kongres PDI Perjuangan tahun 2010, ketua umum sebagai calon Presiden, dan dengan hak preogratif yang dimilikinya sebagai ketua umum, ia menempuh jalan berbeda. Ibu Megawati orang yang konsisten dengan ideologi, sehingga tidak mudah ditekan dan tak bisa ditarik ke kanan dan kiri, sebab cita-citanya adalah mewujudkan Indonesia Raya.

Maka tidaklah berlebihan ketika Ibu Megawati menerima gelar doktor kehormatan bidang politik dan pemerintahan dari Universitas Padjajaran Bandung, Rabu 25 Mei 2016, Ketua Tim Promotor Prof Dr H Obsatar Sinaga MSi antara lain mengatakan, “Menariknya meski sudah tidak menjabat presiden, Megawati masih bisa menentukan siapa presiden berikutnya, “ kata Obsatar yang disambut gelak tawa hadirin saat itu (Osdar, 9/1). 

Selamat ulang tahun Ibu Megawati Soekarnoputri. Semoga panjang umur, sehat selalu dan terus menginspirasi untuk negeri.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement