Senin 18 Jan 2021 17:56 WIB

Kemensos perhatikan Kelompok Rentan Pengungsi Gempa Sulbar

Kelompok rentan penyintas gempa tersebut terdiri dari lansia, ibu hamil dan anak-anak

Rep: amri amrullah/ Red: Hiru Muhammad
Tampak dapur umum yang didirikan kemensos bagi pengungsi korban gempa di Sulawesi Barat
Foto: dok kemensos
Tampak dapur umum yang didirikan kemensos bagi pengungsi korban gempa di Sulawesi Barat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Sosial (Kemensos) memastikan pelayanan terbaik dan terpenuhinya kebutuhan bagi kelompok rentan pengungsi korban gempa di Sulawesi Barat. Perhatian bagi pengungsi yang masuk katoegori kelompok rentan ini, dikarenakan kondisi bencana yang juga berlangsung di tengah pandemi Covid-19.

Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam M Safii Nasution menjelaskan kelompok rentan penyintas gempa tersebut terdiri dari lansia, ibu hamil dan anak-anak akan ditempatkan di tenda yang telah disiapkan. Mereka akan ditempatkan di tenda khusus yang punya sekat dan sirkulasi udara memadai.

"Ini kita berikan supaya mereka merasa nyaman. Nah mereka yang mengungsi di tenda-tenda tidak layak dan tersebar kita pindahkan ke tenda Covid 19," jelas Safii di Stadion Manakarra, Mamuju, Sulbar, dalam keterangan pers Kemensos, Senin (18/1).

Salah satu korban penyintas, Rahayu (29 th), yang sedang hamil enam bulan merasakan mendapatkan fasilitas khusus kelompok rentan ini. Ia merasakan perbedaan tinggal di tenda covid 19 yang disiapkan oleh Kementerian Sosial. "Lebih nyaman karena tendanya ada dinding, ada jendela jadi udara bisa berganti jadinya segar", tuturnya.

Rahayu juga mengatakan bahwa lokasi pengungsian di stadion Manakarra sangat lengkap. Selain itu, Kemensos juga menyediakan makanan dan kebutuhan logistik lainnya seperti susu bayi, makanan siap saji, pempers bagi seluruh penyintas gempa di Sulbar. "Disini ada fasilitas kesehatan, dapur umum, wc dan kamar mandi", kata Rahayu.

Tidak hanya berhenti disitu saja. Di stadion Manakarra, penyintas juga mendapatkan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) untuk memulihkan trauma akibat gempa. "Karena mereka harus dipulihkan mentalnya," tambah Safii.

Tim LDP Kemensos berasal dari unsur Tagana, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan SDM Program Keluarga Harapan dengan berbagai latar belakang keahlian. Syafii menjelaskan, tim ini terdiri dari Pekerja Sosial, Penyuluh Sosial, dan Psikolog.

"Petugas yang dikerahkan berasal dari tim LDP pusat 10 orang, Tagana setempat ada 12 orang dan TKSK enam orang. Sedangkan untuk SDM PKH setempat sebanyak 17 orang," terangnya.

Kemudian, mekanisme layanan yang diberikan di masa pandemi ini nantinya akan dibagi dalam kelompok kecil di dalam tenda Covid 19 ini sesuai kategori kelompok rentan masing masing maksimal 10 orang per kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran covid 19 di tenda pengungsi.

Safii menjelaskan layanan yang diberikan antara lain berupa konseling, permainan bagi anak-anak, pemberian kuis dan permainan sejenisnya agar mereka dapat melupakan trauma terhadap kejadian gempa ini dan kembali hidup normal.

Safii memperkirakan saat ini ada sekitar 1.500 hingga dua ribu pengungsi yang telah berada di luar stadion sejak gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 6,2 melanda Sulawesi Barat. Sementara itu, guna menghindari penyebaran Covid-19 di lokasi pengungsian, Kemensos telah mendirikan tenda pengungsi Covid-19, yaitu tenda yang dilengkapi sekat-sekat pembatas dan ventilasi di setiap ruangnya. 

Sebelumnya kondisi pengungsian yang tersebar di beberapa titik sempat menyulitkan distribusi logistik, makanan dan kebutuhan bantuan lainnya. Untuk itu, Kemensos berupaya agar penyintas bencana gempa Sulbar bisa berkumpul di lokasi yang sudah ditentukan pemerintah daerah, seperti di Stadion Manakarra, Mamuju. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement