Senin 18 Jan 2021 09:38 WIB

Pengalaman Nakes yang Ikut Vaksinasi Covid-19 Tahap Pertama

Anjari akui ada sedikit pegal di sekitar bekas suntikan dan sakit jika ditekan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Bilal Ramadhan
Tenaga kesehatan melakukan proses skrining sebelum disuntik vaksin Covid-19 di UPT Puskesmas Babatan, Jalan Babatan, Kota Bandung, Jumat (15/1). Sebanyak 1,48 juta tenaga kesehatan akan divaksin secara bertahap hingga Februari 2021 sebagai salah satu upaya untuk menekan jumlah tenaga kesehatan yang sakit bahkan meninggal saat bertugas menanggulangi Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Tenaga kesehatan melakukan proses skrining sebelum disuntik vaksin Covid-19 di UPT Puskesmas Babatan, Jalan Babatan, Kota Bandung, Jumat (15/1). Sebanyak 1,48 juta tenaga kesehatan akan divaksin secara bertahap hingga Februari 2021 sebagai salah satu upaya untuk menekan jumlah tenaga kesehatan yang sakit bahkan meninggal saat bertugas menanggulangi Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Vaksinasi di Indonesia pada tahap pertama dilakukan untuk kelompok tenaga kesehatan dan petugas rumah sakit yang menjadi garda terdepan. Mereka sudah mulai menerima vaksin Covid-19 secara bertahap.

Program tersebut sudah dilaksanakan sejak 13 Januari lalu. Salah seorang tenaga kesehatan, Humas RS Kanker Dharmais, Anjari Umarjiyanto menceritakan pengalamannya mendapat vaksin Covid-19.

“Saya duduk nyaman di sofa empuk yang telah disiapkan. Kemudian dr. Haridana Indah Setiawai Mahdi, Sp.PD, KAI atau yang akrab dipanggil dr. Indah masuk ke ruangan. Dia komandan pelayanan vaksinasi di RS Kanker Dharmais yang akan memberikan vaksin ke tubuh saya,” kata Anjari beberapa waktu lalu.

Anjari sempat tertawa kecil sambil membayangkan nyeri jarum suntik yang akan menusuk lengan kirinya. Dengan cekatan, dr. Indah menyiapkan peralatan vaksinasi seperti botol vaksin dan alat suntik. Demi membuat suasana lebih santai, dr. Indah mengajak Anjari bercanda, sambil mengatakan “Saya ganti jarumnya yang tajam”.

Mendengar kalimat itu, Anjari semakin nyeri membayangkan jarum suntik yang tajam. Sebelum mulai disuntik, dia melipat lengan baju kiri sampai di atas bahu. Setelah itu, dr. Indah memegang bahu kirinya dan mendekatkan ujung jarum suntik. Kemudian, dia menusuk jarum di lengan kiri Anjari.

“Rasanya sesudah disuntik seperti dicoblos jarum. Tapi tidak senyeri yang dibayangkan. Intinya, terasa ada jarum menusuk pori-pori kulit, tapi tidak sakit. Tidak ada juga darah yang keluar pasca disuntik,” ujar dia.

Anjari mendapat vaksinasi Covid-19 pada Jumat (15/1) pukul 08.00 WIB di RS Kanker Dharmais (RSKD). Dia bersyukur bersama tenaga kesehatan RSKD lain mendapat kesempatan vaksinasi tahap pertama. Setelah disuntik, petugas mempersilakan Anjari duduk di ruang tunggu observasi sekitar 30 menit.

Waktu observasi ini kata dia untuk memantau reaksi dan efek samping terhadap tubuh yang disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Karena ada tugas lain yang sudah dijadwalkan, sekitar 5 menit kemudian Anjari minta izin petugas agar dapat meninggalkan ruangan observasi.

Usai shalat Jumat, dia melapor ke ruang vaksinasi. Sejak mendapatkan vaksinasi, dia merasa tidak terganggu sedikit pun. “Memang ada sedikit pegal di sekitar bekas suntikan dan pergelangan tangan. Di bekas suntikan juga kalau ditekan sedikit sakit dan agak keras. Itu saja, selebihnya tidak ada rasa atau gangguan yang saya rasakan,” ucap dia.

Anjari menyebut semoga program vaksinasi ke depannya berjalan lancar dan menjadi bagian dari upaya mencegah penularan Covid-19. Dia juga mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan 3M, yakni menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement