Dia menyebutkan ada dua kemungkinan yaitu fenomena rendahnya produksi aftershocks di Majene disebabkan karena telah terjadi proses disipasi, di mana medan tegangan di zona gempa sudah habis sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal.
Atau justru malah sebaliknya, dengan minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis, sehingga masih memungkinkan terjadinya gempa signifikan nanti.
"Fenomena ini membuat kita menaruh curiga, sehingga lebih baik kita patut waspada," tambah dia. Ia mengakui bahwa ini merupakan perilaku gempa. Sulit diprediksi dan menyimpan banyak ketidakpastian.
BACA JUGA: Viral Pidato Presiden Jokowi Perintahkan "Dor Mereka", Ini Cek Faktanya